JANGAN bergeser dari jalan yang lurus. Jalan yang lurus adalah satu-satunya jalan yang diridhoi Allah. Jalan tersebut ditempuh oleh Nabi shollallahu ’alaihi wasallam dan para Shohabat beliau.
Sedangkan “As-Subul” adalah jalan-jalan lain, yaitu cara beragama yang menyelisihi jalannya Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabat beliau.
Baca Juga: Doa Mohon Jalan yang Lurus
Jangan Bergeser dari Jalan yang Lurus
Allah berfirman:
وأن هذا صراطي مستقيما فاتبعوه ولا تتبعوا السبل فتفرق بكم عن سبيله
”Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kalian dari jalan-Nya.” (Al-An’am: 153)
Tatkala para sahabat berkumpul bersama Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, beliau membuat sebuah garis lurus dengan tangan beliau dan berkata, “Inilah jalan Allah.”
Lalu, beliau menoreh garis di sebelah kanan dan sebelah kirinya lalu berkata, “Ini adalah jalan-jalan setan.”
Seraya menukil firman Allah surat Al-An’am ayat 153 di atas. Beliau juga menegaskan:
هذا سبيل الله وهذه سبل على رأس كل سبيل منها الشيطان يدعوا له
”Ini adalah jalan Allah, sedang ini jalan-jalan lain yang pada setiap jalan-jalan tersebut dikepalai oleh syaithon yang senantiasa menyeru kepadanya.” (Dzhilalul Jannah fi Takhrijis Sunnah hal. 16; shohih)
Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
وإن بني إسرائيل تفرقت على ثنتين وسبعين ملة وتفترق أمتي على ثلاث وسبعين ملة كلهم في النار إلا ملة واحدة قالوا ومن هي يا رسول الله قال ما أنا عليه وأصحابي
“Sesungguhnya bani Isroil telah terpecah menjadi tujuhpuluh dua golongan, dan umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan.
Semuanya di neraka kecuali satu golongan saja yang selamat.”
Para sahabat bertanya, “Siapakah golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Yaitu golongan yang berjalan pada apa yang aku dan para Shohabatku jalani.” (HR. At-Tirmidzi 2565 dishohihkan oleh Syaikh Al-‘Allamah Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i dalam “Ash-Shohihul Musnad”)
Beliau shollallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
فإنه من يعش منكم فسيري اختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة
“Maka barangsiapa yang masih hidup sepeninggalku dia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah para Khulafa’ur Rosyidin Al-Mahdiyyin sepeninggalku (ketika mendapati perselisihan itu), gigitlah ia (sunnah-sunnah itu) dengan gigi-gigi gerahammu.
Dan berhati-hatilah kalian dari perkara baru yang diada-adakan dalam beragama karena setiap bid’ah itu sesat.” (HR. Abu Dawud 4607, At-Tirmidzi 2676 beliau berkata, “Hadits Hasan Shohih” dan Syaikh Al-Albani menshohihkannya dalam “Shohihul Jami’” 2546).
Maka jalan yang lurus hanyalah jalan yang ditempuh oleh Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya.
Jalan yang lurus adalah “ash-shirothol mustaqim”, jalan yang kita mohonkan kepada Allah dalam setiap sholat kita.
Bukan jalan pikiran saya, jalan pikiran Anda, atau jalannya tradisi dan kebiasaan yang berlaku di tengah masyarakat kita.
Setiap orang masih ada peluang untuk bergeser dari jalan yang lurus, kecuali orang-orang yang diberi taufik oleh Allah.
Sebab itu, dalam menempuh jalan yang lurus ini butuh keikhlasan niat, kejujuran hati, serta kesabaran yang tinggi.
Orang yang tidak jujur keimanannya, kelak akan disingkap di belakang hari manakala ujian datang silih berganti.
Mulanya bergeser sedikit demi sedikit, kemudian belok ke kanan dan ke kiri, lalu berbalik arah ke jalan yang tidak Allah ridhoi. Semoga Allah melindungi kita semua.
[Cms]
Fikri Abul Hasan
https://t.me/manhajulhaq