BAGAIMANA hukum memasuki mall yang terdapat anabul?
Ustaz saya mau bertanya, sebagai mana kita ketahui di kota-kota besar terdapat Mall dan cafe yang pet friendly. Di mall dan cafe tersebut, Anabul seperti anjing dan kucing diperbolehkan masuk. Walaupun untuk hewan tersebut dipakaikan diapers supaya tidak kencing sembarangan. Ada beberapa mall yang memperbolehkan anabulnya berjalan leluasa namun tetap memakai tali. Namun ada juga beberapa mall yang wajib memasukkan anabulnya di pet cargo semacam stroller untuk Anabul. Bagaimana hukumnya jika kita memasuki mall tersebut dan memesan makanan di mana kucing dan anjing juga diperbolehkan masuk?
Ustaz Farid Nu’man Hasan menjawab pertanyaan ini.
Pertanyaan ini dibahas dua bagian, yaitu status kesucian kucing dan anjing.
1. Status Kesucian Kucing
Kucing adalah hewan yang suci baik bulu, kulit, dan liurnya, kecuali pada air kencing dan kotorannya.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
وَعَنْ أَبِي قَتَادَةَ – رضي الله عنه – أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ -فِي اَلْهِرَّةِ-: – إِنَّهَا لَيْسَتْ بِنَجَسٍ, إِنَّمَا هِيَ مِنْ اَلطَّوَّافِينَ عَلَيْكُمْ – أَخْرَجَهُ اَلْأَرْبَعَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيُّ. وَابْنُ خُزَيْمَةَ
Dari Abu Qatadah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata tentang Al Hirrah (kucing): “Sesungguhnya kucing bukan najis, dia hanyalah hewan yang biasa beredar disekeliling kalian.” (HR. At Tirmidzi No. 92. Hadits ini dinyatakan shahih oleh Imam Malik, Imam Ibnu Khuzaimah, Imam Al Hakim, Imam Adz Dzahabi, Imam Ibnul Mulaqqin, Imam Al Baghawi, dan lain-lain).
Ada pun kenajisan kencing dan kotorannya, karena kucing bukan hewan yang boleh dimakan, maka para ulama sepakat atas kenajisannya.
Dalam Al Mausu’ah disebutkan:
اتَّفَقَ الْفُقَهَاءُ عَلَى نَجَاسَةِ بَوْل وَعَذِرَةِ الآْدَمِيِّ وَبَوْل وَرَوْثِ مَا لاَ يُؤْكَل لَحْمُهُ
“Para ahli fiqih sepakat najisnya air kencing dan kotoran manusia, serta air kencing dan kotoran hewan yang tidak bisa dimakan dagingnya.” (Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyah, 40/91).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Ada pun bulu kucing yang rontok, sebagian ulama Syafi’iyah mengatakan najis, namun mayoritas fuqaha mengatakan suci.
Syaikh Abdullah Al Fawih menjelaskan:
وقد اختلف العلماء في حكم الشعر المنفصل من الحيوان الذي لا يؤكل إذا انفصل حال حياته، فذهب أكثرهم إلى طهارته كما في الموسوعة الفقهية. وبه يتبين لك أن اتصال شيء من شعر الهرة بالثوب لا ينجسه ولا تفسد به الصلاة
“Para ulama berbeda pendapat tentang hukum bulu yang lepas dari hewan (yang mana hewan itu tidak dimakan) saat hewan itu hidup. Mayoritas ulama mengatakan suci, sebagaimana dijelaskan dalam Al Mausu’ah Al Fiqhiyah. Dari sini jelas bagi Anda, bahwa bulu kucing yg ada pada pakaian tidaklah menajiskan dan tidak membatalkan shalat.” (Fatawa asy Syabakah Al Islamiyah no. 138669).
Bulu kucing tidak termasuk, empat mazhab menyatakan bulu kucing suci.
Rontokan bulu kucing adalah hal yang pasti dan tidak bisa dihindari karena kucing hewan yang banyak bergerak, itu pun terjadi di rumah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
Seandainya itu najis pasti Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sudah mengeluarkannya dan mengusirnya dari rumahnya.
Tapi justru Rasulullah membiarkan kucing ada di rumahnya bahkan pernah menggendongnya, tentunya ada bulu yang tertinggal. (Al Islam Su’aal Wa Jawab no. 176304).
Hukum Memasuki Mall yang Ada Anabul
Baca juga: Hukum Minum Obat yang Mengandung Unsur Babi
Sehingga jika kucing berkeliaran di rumah, jalanan, pasar, mall, dan tempat lainnya, tidak perlu kita khawatir bersentuhan dengan kulit, bulu, dan liurnya, sebab semua ini suci.
Sampai terbukti kucing tersebut kencing dan membuang kotorannya di tempat-tempat tersebut, maka hindarilah tempat tersebut, atau bersihkanlah.
2. Tentang Kenajisan Anjing
Tentang kenajisan anjing adalah perkara yang diperselisihkan ulama.
Yang jelas selama anjing tersebut posisinya masih jauh dari kita, atau kita tidak mengetahui keberadaannya di mall dan tidak tahu pula apakah dia menjilat, bagian mana yang dijilat, di mana tapak kakinya, kotorannya, maka selama kita tidak tahu itu semua janganlah memberatkan diri dan was was karenanya.[Sdz]