ChanelMuslim.com – Bergelar De Ongekroonde van Java atau “Raja Jawa Tanpa Mahkota” oleh Belanda, Hadji Oemar Said (H.O.S.) Tjokroaminoto adalah salah satu pelopor pergerakan di indonesia dan sebagai guru para pemimpin-pemimpin besar di Indonesia.
Berangkat dari pemikirannya pula yang melahirkan berbagai macam ideologi bangsa Indonesia pada saat itu. Rumahnya sempat dijadikan rumah kost para pemimpin besar untuk menimbah ilmu padanya, yaitu Semaoen, Alimin, Muso, Soekarno, Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo, bahkan Tan Malaka pernah berguru padanya.
Baca Juga: H.O.S Tjokroaminoto Penggerak Semangat Jihad dalam Nasionalisme
HOS Tjokroaminoto, Raja Jawa Tanpa Mahkota
Ia adalah orang yang pertama kali menolak untuk tunduk pada Belanda. Pada bulan Mei 1912, HOS Tjokroaminoto mendirikan organisasi Sarekat Islam yang sebelumnya dikenal Serikat Dagang Islam dan terpilih menjadi ketua. Tjokroaminoto memimpin SI sejak 1914 hingga wafat pada 17 Desember 1934. Di bawah kendalinya, SI sempat menjadi salah satu organisasi massa terbesar dalam sejarah pergerakan nasional.
Di atas podium Kongres Sarekat Islam di Bandung pada 17-24 Juni 1916, Tjokroaminoto berorasi tentang ide kemerdekaan bagi bangsa Hindia (Indonesia). Gagasan itu disebutnya dengan istilah zelfbestuur atau pemerintahan sendiri.
“Orang semakin lama semakin merasakan, baik di Nederland maupun di Hindia, bahwa zelfbestuur sungguh diperlukan,” lantang Tjokroaminoto di hadapan ratusan peserta kongres yang datang dari seluruh penjuru negeri.
“Orang semakin lama semakin merasakan,” lanjutnya dengan berapi-api, “bahwa tidak pantas lagi Hindia diperintah oleh negeri Belanda, bagaikan seorang tuan tanah yang menguasai tanah-tanahnya!”
Tjokroaminoto adalah orang Indonesia pertama yang dengan berani mencetuskan ide kemerdekaan, atau setidaknya memunculkan wacana agar rakyat Indonesia sudah seharusnya memiliki pemerintahan sendiri, tidak lagi menjadi jajahan Belanda atau bangsa-bangsa asing lainnya.
Salah satu trilogi darinya yang termasyhur adalah Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat. Ini menggambarkan suasana perjuangan Indonesia pada masanya yang memerlukan tiga kemampuan pada seorang pejuang kemerdekaan. Dari berbagai muridnya yang paling ia sukai adalah Soekarno hingga ia menikahkan Soekarno dengan anaknya yakni Siti Oetari, istri pertama Soekarno.
Pesannya kepada Para murid-muridnya ialah “Jika kalian ingin menjadi Pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator”. Perkataan ini membius murid-muridnya hingga membuat Soekarno setiap malam berteriak belajar pidato hingga membuat kawannya, Muso, Alimin, S.M Kartosuwiryo, Darsono, dan yang lainnya terbangun dan tertawa menyaksikannya.
Tjokro meninggal di Yogyakarta, Indonesia, 17 Desember 1934 pada umur 52 tahun. Ia dimakamkan di TMP Pekuncen, Yogyakarta, setelah jatuh sakit sehabis mengikuti Kongres SI di Banjarmasin. Presiden Sukarno atas nama pemerintah RI menetapkan H.O.S. Tjokroaminoto sebagai pahlawan nasional pada tahun 1961. [My/Wikipedia & tirto.id]