HANYA satu kata: Labaik. Ia penuhi semua perintah itu. Lelaki itu tertunduk. Merenung. Mencoba berpikir, apa makna mimpinya semalam.
Muncul keraguan, apakah itu petunjuk dari Allah, atau justru hasutan setan?
Hari di mana manusia mulia itu merasakan keraguan, diabadikan dengan nama Tarwiyah. Secara bahasa, Tarwiyah bermakna mempertimbangkan atau merenung. Hari ke-8 di bulan Dzulhijjah.
Keesokan harinya, mimpi yang sama terulang kembali. Namun kali ini ia mulai mendapat keyakinan bahwa mimpinya itu adalah perintah yang harus ditaati.
Hari ke-9 Dzulhijjah itu kemudian dinamai hari Arafah. Secara makna, Arafah juga berarti pemahaman atau pengetahuan.
Dan ketika mimpi yang sama datang untuk ketiga kalinya, hatinya telah bulat, tak ada sedikitpun keraguan di dalamnya.
Hari ke-10 Dzulhijjah itu pun diabadikan dengan nama hari Nahar. Nahar berarti menyembelih.
Baca juga: Siswa Kindergarten JISc Joglo Ikuti Manasik Haji
Hanya Satu Kata: Labaik, Aku Penuhi Perintah-Mu
Demikianlah liku kehidupan yang harus dijalani keluarga mulia itu. Bayi yang dinanti-nanti sekian tahun lamanya, harus ditinggalkan di bukit tandus tak berpenghuni.
Hanya berdua dengan wanita hebat yang perjuangannya sangat luar biasa, Allah takdirkan keduanya selamat.
Bukit tandus tak berpenghuni itu lalu ramai oleh manusia, berkat sumber air berkah yang tak henti memancar dari perut bumi.
Baru sebentar bersua setelah memendam kerinduan sekian lama, datanglah perintah untuk menyembelihnya melalui mimpi.
Hanya dengan satu kata: Labaik, ia penuhi semua perintah itu.
Kata itu begitu sederhana dan mudah diucapkan. Namun, tak gampang dilaksanakan. Karena menuntut totalitas penghambaan tanpa tapi, tanpa nanti-nanti.
Dengan satu kata itu, Asiyah istri Fir’aun sanggup menjalani hari-harinya di dunia bersama manusia terlaknat untuk sebuah janji akan dibangunkan istana di surga.
Dengan satu kata itu, Ibunda Maryam menjadi perempuan yang paling tegar. Sendirian menghadapi segala kesulitan.
Dengan satu kata itu pula, keluarga Ibrahim sanggup menjalani garis kehidupan yang begitu dramatis.
View this post on Instagram
Begitu dalam Tauhid menghujam. Hingga hanya dengan satu kata, “Labaik”, tak ada pengingkaran atas semua takdir yang diberikan.
Hari ini, 8 Dzulhijjah, jama’ah haji berbondong-bondong mulai bergerak ke Mina untuk melaksanakan Tarwiyah. Esok hari kita akan menyambutnya dengan puasa Arafah.
Dari manusia-manusia mulia itu, mari kita belajar tentang arti ketaatan tanpa tapi, ketaatan tanpa nanti.[ind]