ChanelMuslim.com – Hajjaj bin Yusuf, tokoh kontroversial dalam pergolakan politik Bani Umayyah. Ia disebut sebagai pembantu dan tangan kanan khalifah Bani Umayyah. Kemunculannya dalam kancah politik Bani Umayyah menaikkan legitimasi kekuasaan mereka dengan kebijakan-kebijakannya yang otoriter.
Dalam sebuah webinar bedah buku “Hajjaj bin Yusuf -Algojo Bani Umayyah- oleh Manshur Abdul Hakim” yang diselenggarakan oleh penerbit Pustaka Al-Kautsar, Tohir Bawazir seorang pemerhati sejarah, memaparkan secara ringkas latar belakang kemunculan Hajjaj bin Yusuf di perpolitikan Bani Umayyah hingga masa kejayaannya.
Hajjaj dikenal dengan kebijakannya yang kejam terhadap masyarakat yang tidak taat kepada pemerintah, “Bahkan terhadap mayat tidak ada perlakuan yang wajar” ungkap Tohir.
Baca Juga: Kisah Abdullah bin Zubair Mengetahui Titik Kekuatan Musuh (2)
Hajjaj bin Yusuf, Algojo Bani Umayyah
Ia menjadi gubernur Hijaz di masa kepemimpinan Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Pada saat itu terjadi dualisme kekuasaan di tengah-tengah umat Islam. Antara kekuasaan Abdullah bin Zubair di Mekkah dan Abdul Malik bin Marwan di Damaskus.
Dualisme kekuasaan ini sesungguhnya telah terjadi sejak masa Yazid bin Muawiyyah yaitu khalifah ke dua Bani Umayyah. Yazid diangkat sebagai khalifah menggantikan Muawiyyah, ayahnya, tanpa musyawarah dengan masyarakat Madinah. Sedangkan Madinah adalah sentral kebijakan politik sejak pada masa Khulafaurrasyidin.
Saat Yazid meninggal, dualisme kekuasaan masih belum juga berakhir. Bani Umayyah mengangkat Marwan bin Hakam sedangkan Abdullah bin Zubair masih berkuasa di Mekkah.
“Para ulama pada akhirnya sepakat dua khalifah ini dianggap sah karena masing-masing memiliki pendukung tapi dari segi kelayakan mereka menganggap bahwa Abdullah bin Zubair yang lebih layak” tutur Direktur dan Owner Pustaka Al-Kautsar.
Ia melanjutkan, “Tapi sejarah mencatat bukan dari segi kelayakan yang dilihat namun mana yang lebih kuat. Disinilah peran Hajjaj bin Yusuf masuk.”
Saat Abdul Malik bin Marwan berkuasa, Hajjaj menawarkan dirinya untuk membela Abdul Malik melawan Abdullah bin Zubair. Hajjaj memobilisasi rakyat Damaskus dari segi militer. Ia mengeluarkan kebijakan militer yang tegas yaitu, mewajibkan para pemudanya mengikuti wajib militer hingga kekuatan militer Bani Umayyah meningkat.
Puncak keberhasilan Hajjaj adalah saat ia menyerang Mekkah dan berhasil memenangkan pertempuran yang mewafatkan Abdulullah bin Zubair, lawan politik Bani Umayyah.
Madinah, Mekkah dan Thaif atau yang sering disebut dengan Hijaz adalah penghargaan yang diberikan Khalifah Abdul Malik atas prestasinya itu.
Saat ia menjadi gubernur, dalam tempo singkat Hijaz berubah menjadi mencekam. Bahkan kepada sahabat Nabi yang masih hidup pada masa itu tidak ada rasa hormat dan harus tunduk padanya.
Karir Hajjaj berakhir di Iraq, ia berkuasa kurang lebih selama 10 tahun . Ia memiliki kemampuan berorasi yang menakutkan, banyak ancaman yang langsung dieksekusi.
Meskipun dari kaca mata penguasa Hajjaj telah berhasil meraih kesuksesan pada masa kepemimpinannya namun bagi masyarakat menyisakan dendam yang mendalam.
Webinar yang mengangkat tema “Pelajaran dari Kehidupan Penguasa Otoriter” ini juga mengundang Ustadz Asep Sobar, Lc, pendiri Sirah Community, sebagai pemateri. (01/09) [Ln]