ChanelMuslim.com – Ghazwul Fikri saat ini sudah seringkali dibicarakan, namun sangat disayangkan, masih banyak orang yang salah memaknai Ghazwul Fikri sebagai teori konspirasi.
“Penting sekali bagi kita untuk mengingat kembali makna dari kedua kata tersebut, yaitu ghazwah (perang) dan fikrah (pemikiran) sehingga kesalahpahaman dapat dihindari,” ujar Akmal Syafril selaku pemateri kuliah ketiga SPI (Sekolah Pemikiran Islam) Jakarta angkatan 11 pada Rabu malam (17/02).
“Ghazwul Fikri (perang pemikiran) tidak hanya sekadar perang tanpa senjata atau perang menggunakan akal, tetapi harus disertai dengan persiapan ilmu serta perencanaan yang matang karena perang sangat berbeda dengan tawuran atau semacamnya,” terang bapak dari 2 anak itu.
Peserta yang hadir pada malam itu terlihat sangat serius dan antusias. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya pertanyaan yang masuk di akhir sesi perkuliahan, baik melalui fitur raise hand maupun kolom chat sehingga Irfan Dzulhij sebagai moderator harus mengatur agar berbagai pertanyaan dapat dijawab oleh pemateri secara bergantian.
Adi, salah satu peserta berpendapat bahwa Ghazwul Fikri lebih berbahaya daripada perang fisik. “Karena di era serba digitalisasi saat ini, hampir semua orang sudah memiliki gawai di tangan, sehingga sangat mudah untuk menerima dan mengirimkan berbagai informasi yang tayang,” ujarnya.
Selain itu, ia menambahkan, “Perlu adanya kesadaran individu untuk menyaring setiap informasi yang diterima. Karena untuk meruntuhkan suatu bangsa di masa kini, cukup dengan sekali click & share. Maka dari itu, penguatan akidah, nalar berpikir dan menjunjung tinggi Al-Qur’an dan Hadits sebagai sumber informasi tertinggi sangat penting karena Islam itu merupakan rahmatan lil ‘alamin,” tambah pria asal Jakarta tersebut.
Peserta lainnya, Alia mengatakan bahwa Ghazwul Fikri ataupun perang fisik masing-masing berbahaya, namun Ghazwul Fikri lebih berbahaya karena menggerogoti Islam dari dalam, yaitu keimanan dan pola pikir kaum muslimin sehingga bisa dilemahkan dari dalam bukan dengan kekuatan musuh, tapi dirinya sendiri lupa atau setidaknya kebingungan akan kebenaran maupun identitasnya.
Harapan salah seorang peserta malam itu terhadap SPI yaitu semoga SPI menjadi salah satu sumber rujukan bagi umat Islam, dan dapat menjadi jembatan yang terus membantu untuk mengarahkan ke jalan yang lurus dan diridhai Allah swt. [ind/Ririn]