ChanelMuslim.com – Baru-baru ini, fenomena hujan es terjadi di Indonesia, tepatnya di Surabaya. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), memprediksi bahwa fenomena ini akan terjadi hingga April.
Baca Juga: BMKG Prediksi Potensi Hujan Intensitas Tinggi pada 8-9 Januari 2020
Fenomena Hujan Es di Indonesia
Penjelasan dari BMKG, fenomena hujan es/hasil merupakan fenomena cuaca alamiah yg biasa terjadi. Kejadian hujan lebat/es disertai kilat/petir dan angin kencang berdurasi singkat lebih banyak terjadi pada masa transisi/pancaroba musim baik dari musim kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.
Indikasi terjadinya hujan es disertai kilat dan angin kencang berdurasi singkat. Tanda-tandanya adalah satu hari sebelumnya, udara pada malam hari hingga pagi hari terasa panas dan gerah.
Udara terasa panas dan gerah diakibatkan adanya radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan oleh nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 LT (> 4.5°C) disertai dengan kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%).
Mulai pukul 10.00 pagi terlihat tumbuh awan Cumulus (awan putih berlapis – lapis), di antara awan tersebut ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi seperti bunga kol.
Tahap berikutnya awan tersebut akan cepat berubah warna menjadi abu – abu hitam yang dikenal dengan awan Cb (Cumulonimbus).
Pepohonan disekitar tempat kita berdiri ada dahan atau ranting yang mulai bergoyang cepat.
Terasa ada sentuhan udara dingin disekitar tempat kita berdiri
Biasanya hujan yang pertama kali turun adalah hujan deras tiba – tiba, apabila hujannya gerimis maka kejadian angin kencang jauh dari tempat kita.
Jika 1 – 3 hari berturut – turut tidak ada hujan pada musim transisi/pancaroba/penghujan, maka ada indikasi potensi hujan lebat yang pertama kali turun diikuti angin kencang baik yang masuk dalam kategori puting beliung maupun yang tidak.
Dikutip dari tempo.co, G. Brant Foote, selaku peneliti di National Center for Atmospheric Research menjelaskan, hujan es terbentuk ketika adanya arus kuat dari udara yang naik atau updraft.
Ketika udara naik membawa tetesan air cukup tinggi sehingga membeku. Semakin kuat dorongan updraft, makin besar hujan es. Saat es yang terbentuk semakin besar, kemudian dorongan menghilang, es akan jatuh, menurut Foote dalam Journal of Applied Meteorology.
Saat proses jatuh ke tanah, es yang berukuran kecil akan meleleh. Namun, es berukuran besar tetap mencapai permukaan tanah. Bongkahan es akan jatuh dengan kecepatan 145 kilometer per jam. [Cms]