PERISTIWA kedua yang menyertai kelahiran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah peristiwa Ashabul Fiil, yaitu pasukan dalam jumlah besar di bawah pimpinan panglima Abrahah, yang dilengkapi dengan beberapa ekor gajah yang dikerahkan dari Yaman menuju kota Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah.
Pasukan Abrahah tersebut kemudian dikenal dengan sebutan pasukan gajah.
Peristiwa Ashabul Fiil bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri, melainkan kelanjutan dari peristiwa Ashaabul Ukhdud sebelumnya, yaitu genocida yang di lakukan oleh Raja Himyar Yaman kepada sekelompok ahlul kitab dari Bani Najran.
Berita ini sampai ke pusat kerajaan Romawi di Syam, lalu diperintahkanlah koloni nya yang terdekat dengan Yaman, yaitu Raja Najasyi Habasyah untuk mengirim pasukan menyerang Raja Himyar dan menaklukannya, sebagai balasan atas apa yang telah dilakukannya.
Sikap Abdul Muthalib
Saat pasukan gajah sampai di perbatasan kota Mekkah, mereka merampas hak milik para penduduknya, termasuk 200 ekor onta milik kakek Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, Abdul Muttahlib turut dirampasnya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Abdul Muttahlib saat itu sebagai juru kunci Ka’bah, tokoh yang sangat disegani di kota Mekkah.
Kemudian panglima Abrahah memanggilnya, dan bertanya apa permintaannya sebelum Ka’bah dihancurkan, Abdul Muttalib hanya meminta agar 200 ekor onta miliknya dikembalikan.
Panglima Abrahah heran atas permintaannya dan berkata, “Mengapa engkau tidak peduli dengan ka’bah yang akan dihancurkan?”, malah hanya memikirkan ontanya miliknya saja.
Dengan diplomatIs dia menjawab:
“Sesungguhnya aku hanyalah pemilik onta, dan sesungguhnya bagi Ka’bah telah ada pemiliknya (Allah Ta’ala) yang akan menjaganya.”
Qudrah Irodah dan Mukjizat Allah Ta’ala
Allah Ta’ala Maha berkuasa dan Maha berkehendak atas makhluk-Nya, saat pasukan Abrahah sampai di sekitar Arafah dan hanya beberapa saat lagi masuk ke kota Mekkah, tiba tiba salah satu gajahnya yang paling besar miliknya yang diberi nama Mahmud, merebahkan badannya terduduk, diikuti oleh gajah-gajah lainnya.
Qadarullah, gajah gajah tersebut seoalah olah enggan untuk melanjutkan perjalanan, enggan dikerahkan untuk merobohkan ka’bah, dimana rantai besar telah disiapkan untuk diikatkan ke masing-masing sudut pondasinya dan ditarik oleh gajah gajah tersebut, sehingga Ka’bah roboh rata dengan tanah.
Qodarullah, dengan berbagai macam cara gajah Mahmud tersebut tidak mau beranjak dari duduknya, jika tali kekangnya ditarik ke arah Mekkah, tetapi anehnya jika ditarik ke arah Yaman, serta merta dia bangkit dan berjalan cepat ke arah Yaman.
Dua Peristiwa Menjelang Kelahiran Nabi (2)
Di saat pasukan Abrahah tertahan, tiba tiba datang berbondong bondong sekawanan burung dari arah laut, dengan membawa tiga buah batu di moncong dan kedua kakinya, lalu dijatuhkannya batu batu tersebut mengenai mereka.
Di antara mereka ada yang langsung mati di tempat ada juga yang sempat melarikan diri, namun efek dari terkena batu-batu tersebut membuat anggota tubuh mereka cedera dan lepas satu demi satu, termasuk Abrahah sebagaimana dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya:
“Abrahah mengalami cedera pada tubuhnya, pasukannya yang menyelamatkan diri bersamanya mulai rontok ujung jarinya satu demi satu, sesampainya di Shan’aa, kondisi Abrahah bagaikan anak burung yang baru lahir, hingga akhirnya mati dalam kondisi rongga dadanya terlepas dari jantungnya.”
Begitulah cara Allah Ta’ala memuliakan Ka’bah, dan menistakan Abrahah dan pasukannya yang berniat jahat ingin menghancurkannya.
Kisah semua ini diabadikan dalam surat Al Fiil, Allah swt berfirman:
{ أَلَمۡ تَرَ كَیۡفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِأَصۡحَـٰبِ ٱلۡفِیلِ (1) أَلَمۡ یَجۡعَلۡ كَیۡدَهُمۡ فِی تَضۡلِیلࣲ (2) وَأَرۡسَلَ عَلَیۡهِمۡ طَیۡرًا أَبَابِیلَ (3) تَرۡمِیهِم بِحِجَارَةࣲ مِّن سِجِّیلࣲ (4) فَجَعَلَهُمۡ كَعَصۡفࣲ مَّأۡكُولِۭ (5) }
Tidakkah engkau (Muhammad) perhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah? Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong, yang melempari mereka dengan batu dari tanah liat yang dibakar, sehingga mereka dijadikan-Nya seperti daun-daun yang dimakan (ulat). (Surat Al-Fil: -5).
Mengenai kaum Quraisy yang dipalingkan oleh Allah Ta’ala dari pasukan gajah, hal itu bukan karena kebaikan mereka, tetapi karena keagungan dan kemuliaan Ka’bah, juga karena akan dilahirkannya Nabi akhir zaman, Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, yang dilahirkan 50 hari setelah peristiwa Ashaabul Fiil.
Baca juga: Dua Peristiwa Menjelang Kelahiran Nabi (1)
Terkait hal ini Imam Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya:
“Ini adalah kenikmatan yang telah Allah Ta’ala muliakan kaum Quraisy dengan-Nya, karena mereka telah dipalingkan dari kejahatan Ashaabul Fiil, yang telah bertekad hendak menghancurkan Ka’bah dan meratakannya dengan tanah.”
Kemudian Imam Ibnu Katsirkan mengilustrasikan sebuah narasi seolah olah Allah Ta’ala berfirman kepada kaum Quraisy:
“Kami tidak menolong kalian wahai kaum Quraisy dari pasukan Habasyah, karena kebaikan kalian mengalahkan mereka, tetapi hal itu karena menjaga rumah suci yang selalu kami muliakan. Kami agungkan dan kami hormati, dengan diutusnya Nabi yang Ummi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sebagai penutup para nabi.”[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah