ADA dua peristiwa penting dan bersejarah menjelang kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mentakdirkan terjadinya dua peristiwa tersebut, keduanya diabadikan dalam Al Qur’an.
Kedua peristiwa tersebut memiliki korelasi dan relevansi yang kuat dengan risalah kenabian yang kelak disampaikan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Kedua peristiwa tersebut adalah kisah tentang “Ashabul Ukhdud” yang diabadikan dalam surat Al Buruj, dan kisah “Ashabul Fiil” yang termaktub dalam surat Al Fiil.
Disebut Ashaabul Ukhdud, karena mereka terbunuh di dalam parit yang sengaja digali untuk mengeksekusi mereka, sedangkan penyebutan Ashaabul Fiil, karena adanya pasukan kaveleri Gajah, yang sengaja melakukan agresi ke Mekkah untuk menghancurkan Ka’bah.
Kedua peristiwa tersebut dicetuskan oleh aktor intelektual yang memiliki target dan tujuan masing- masing.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Peristiwa Ashabul Ukhdud aktor intelektualnya adalah kaum Yahudi yang ingin memperkuat hegemoni politiknya di Yaman.
Sedangkan Ashaabul Fiil aktor intelektualnya adalah Nasrani yang ingin memperluas pengaruh politiknya di Mekkah, dengan meruntuhkan simbol spirutual Ka’bah.
Imam Ibnu Katsir menjelaskan tafsir tentang Ashaabul Ukhdud dengan riwayat berikut:
Dari Arrabi’ bin Anas berkata: “Peristiwa Ashabul Ukhdud adalah terkait dengan orang orang beriman Bani Najran di Yaman, yang mengisolasi diri saat jeda kenabian (fatroh antara masa kenabian Isa ‘Alaihi Salam dan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) kemudian rezim penguasa paganis penyembah berhala para pembesar Najran mengirim utusan menemui mereka, mengajak mereka masuk ke dalam agamanya, mereka menolak. Lalu rezim penguasa menggali parut besar dan menyalakan api di dalamnya, dan memberikan pilihan kepada orang orang beriman, antara memilih agamanya atau masuk ke dalam parit yang sudah menyala. Namun mereka lebih memilih masuk ke dalam parit tersebut ketimbang masuk ke dalam agamanya, menjadi kafir dan musyrik. Akan tetapi Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan mereka yang masuk ke dalam kobaran api dalam parit, dengan mencabut ruh ruh mereka terlebih dahulu sebelum jasadnya terbakar oleh api, (sehingga tidak merasakan sama sekali sakitnya).
Hal ini digambarkan dalam Al Quran surat Al Buruj ayat 4-7.
Dua Peristiwa Menjelang Kelahiran Nabi (1)
Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman), yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin.
Saat mereka sedang menyaksikan perbuatan biadabnya di tepi parit, tiba tiba api keluar menyambar mereka orang orang kafir yang sedang berada di pinggir parit, lalu membakar mereka semuanya, hal ini diperkuat dengan firman Allah surat Al Buruj ayat 10.
Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh, menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, lalu mereka tidak bertaubat, maka mereka akan mendapat azab Jahannam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar.
Ibnu Katsir menerangkan:
Azab Jahannam kelak bagi mereka di akherat, dan azab terbakar api di dunia.
Adapun asal usul mengapa kaum beriman Bani Najran sampai dieksekusi di dalam parit, imam Ibnu Katsir menjelaskan lebih lanjut dari jalur periwayatan Ibnu Ishaq, sebagaimana dikutip pula oleh Ibnu Hisyam dalam sirah nabawiyahnya.
Baca juga: Kisah Ashabul Kahfi, Sekelompok Pemuda yang Teguh Mempertahankan Keimanan
Muhammad bin Ishaq dalam sirahnya menyebutkan bahwa sesungguhnya yang mengeksekusi orang orang dalam parit adalah Dzu Nuwas, dia pemimpin kaum Tubba yang mencoba memerangi kota Madinah (Yatsrib), dia juga yang memulai memakaikan kiswah ka’bah, (namun sesampainya di Madinah mereka dinasehati pemuka Yahudi untuk tidak memeranginya karena menurut mereka Madinah adalah tempat hijrahnya Nabi akhir zaman), mereka pun pulang ke ngerinya dengan didampingi dua orang pendeta Yahudi, dan masuk ke dalam agama yahudi beberapa orang Yaman atas pengaruh kedua pendeta tersebut. (Bisa jadi pendeta Yahudi memprovokasi Dzu Nuwas untuk mengeksekusi Kaum beriman Bani Najran yang dianggapnya sebagai pesaingnya dari kalangan Ahlul Kitab).
Dzu Nuwas telah membunuh orang orang beriman di dalam parit di satu pagi hari saja, tidak ada yang selamat kecuali satu orang, yaitu Daus Dzu Tsa’laban, dia berhasil kabur dengan kudanya, lalu dia pergi menemui Kaisar Raja Syam, lalu Raja Syam menyurati Najasyi Raja Habasyah, maka dikirimlah pasukan Nasrani Habasyah di bawah pimpinan Aryath dan Abrahah, mereka berhasil menyelamatkqn Yaman dari hegemoni Yahudi, Dzu Nuwas melarikan diri menyeberangi lautan dan tewas tenggelam.
Kemudian pasukan Abrahah lah yang di kemudian hari menyerbu kota Mekkah hendak menghancurkan Ka’bah.
Sebagai bukti bahwa peristiwa pembunuhan massal orang orang beriman di dalam parit itu benar adanya, Ibn Ishaq meriwayatkan dari Abdullah bin Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm, bahwasanya dia diceritakan, ada seseorang sedang melakukan penggalian di sekitar wilayah Najran, tiba tiba dia menemukan jasad Abdullah bin Al Tsamir pimpinan kaum mukminin Najran dalam keadaan duduk terpendam di dalam tanah, seraya meletakkan tangannya menutupi luka di atas kepalanya, saat ditarik tangannya darah mengucur, namun kembali tangannya menutup kepalanya, kucuran darah pun berhenti. Di tangannya terdapat cincin bertuliskan “Rabbiyallah” Tuhanku adalah Allah, lalu disampaikanlah surat tentang hal ini kepada Khalifah Umar bin Khattab, dan Umar pun membalasnya seraya berpesan, “Biarkanlah dia pada posisi semula dan kuburkanlah kembali jasadnya”. Merekapun menjalankan perintah Khalifah tersebut.[Sdz]
Sumber: Serambi Ilmu dan Faidah