ChanelMuslim.com – Dahsyatnya Motivasi lafadz Insya Allah Dalam Al-Qur’an, Oleh: Ustadz Dr. Saiful Bahri, M.A
Lafazh (إن شاء الله) [dibaca: in syâAllâh] sangat akrab di telinga para pembaca al-Quran. Al-Quran secara eksplisit menyebutkan lafazh in syâAllâh sebanyak enam kali (Surah Al-Baqarah: 70, Yusuf: 99, al-Kahfi: 69, al-Qashash: 27, ash-Shafat: 102, al-Fath: 27).
Esensi lafazh in syâAllâh adalah persoalan etika kepada Allah dengan mengembalikan hak prerogatif sebagai penentu keputusan terhadap apa yang berlaku bagi siapa saja dan apa saja di berbagai alam ciptaan-Nya.
Secara ideologis merupakan salah satu indikator keimanan seseorang yang bertawakkal kepada Allah. Artinya, sebagai manusia seseorang sudah mengerahkan segenap daya dan usahanya sebagai ikhtiar, kemudian ia menyusuri ruang takdir yang menjadi ranah ilahiyah berharap segala sesuatu sama seperti harapannya tau lebih baik lagi.
Baca Juga: Subhanallah, Ada Lafadz Allah di dalam Buah Jambu
Dahsyatnya Motivasi Lafadz Insya Allah Dalam Al-Qur’an (1)
Adapun Al-Quran menyebut lafazh in syâAllâh dalam berbagai tema sebagai berikut:
Diucapkan oleh Bani Israil sebagai alasan untuk menghindari taklif atau perintah Allah untuk menyembelih seekor sapi. (berkonotasi negatif)
قَالُوا ادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُبَيِّن لَّنَا مَا هِيَ إِنَّ الْبَقَرَ تَشَابَهَ عَلَيْنَا وَإِنَّا إِن شَاءَ اللَّهُ لَمُهْتَدُونَ
Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu)“. (Surah al-Baraqah: 70)
Maka sudah seharusnya saat kita berkomitmen untuk menepati suatu janji dengan seseorang maka sudah tepat menyebut lafazh ini.
Namun, jika kemudian dijadikan tameng dan alasan untuk tidak datang secara sengaja maka hal tersebut seperti sindiran Allah kepada Bani Israil.
Motivasi Yusuf dalam menenangkan keluarganya yang baru memasuki negeri Mesir
فَلَمَّا دَخَلُوا عَلَىٰ يُوسُفَ آوَىٰ إِلَيْهِ أَبَوَيْهِ وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِن شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ
Maka tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf: Yusuf merangkul ibu bapanya dan dia berkata: “Masuklah kamu ke negeri Mesir, insya Allah dalam keadaan aman“. (Surah Yusuf: 99).
Hal ini patut untuk dicontoh dalam memberikan rasa optimis dan motivasi yang baik bagi orang yang berada dalam kondisi atau suasana baru.
Jika ia pemegang kebijakan –setidaknya– merupakan jaminan darinya sebagai pimpinan kepada rakyat dan orang yang ditanggungnya. Ucapan ini menjadi gambaran kuatnya keyakinan dan iman Nabi Yusuf kepada Allah.
Optimisme Nabi Musa dalam menuntut ilmu ketika berguru pada Khidr
قَالَ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا
Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun”. (Surah Al-Kahfi: 69).
Perkataan Nabi Musa bertemakan optimisme dan keinginan kuat sebagai penuntut ilmu untuk mengikuti arahan dan kesepakatan dengan gurunya. Ini sekaligus menunjukan etika dan moralitas yang tinggi yang dibarengi dengan kepercayaan yang kuat kepada Allah.
Bersambung… [Ln]