ChanelMuslim.com – Sahabat Muslim bisa belajar dari runtuhnya negara Umayyah. Tidak hanya dari kejayaan, keruntuhan juga bisa memberi pelajaran kepada kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama penyebab kegagalan. Kita juga bisa belajar untuk menjadi lebih baik lagi.
Baca Juga: Sorban Rasul Menjadi Perlindungan untuk Sofwan bin Umayyah
Penyebab Runtuhnya Negara Umayyah
Dilansir channel telegram Generasi Shalahuddin, negara Umayyah sudah memberikan sumbangsihnya yang sangat besar bagi Umat. Mereka membuka negeri-negeri yang sebelumnya belum tersentuh dakwah para sahabat Radhiyallahu Anhum ajma’in.
Namun ternyata, seiring dengan bertambahnya umur negeri itu, mereka mulai merasakan lalai dan lupa bahwa kemenangan sejatinya adalah karunia Allah, bukan semata-mata usaha manusia.
Kemunduran itu dimulai benihnya sejak awal, ketika sahabat Muawiyah memutuskan mengangkat anaknya sendiri sebagai Khalifah penerus beliau.
Dr. Abdul Halim Uwais mentadabburi bahwa saat itu peradaban Islam seperti mulai dipisahkan dari ruhnya dan otaknya.
Sebab kaidah musyawarah yang merupakan kekuatan umat dihilangkan dan diganti dengan pewarisan kekuasaan.
Dalam perjalanan sejarahnya, negara Umayyah menjelang jatuhnya, terseret pada fanatisme kebangsaan. Lingkaran kekuasaan secara tidak tertulis harus diisi oleh orang-orang Arab, padahal saat itu Kaum muslimin sudah sangat luas dari Persia sampai ke Andalusia.
Pos-pos kepemimpinan yang harus diisi orang bangsa Arab ini pun terjadi pertikaian antar suku.
Baca Juga: Kisah Muawiyah bin Abu Sufyan, Pendiri Dinasti Umayyah
Diperparah dengan Nepotisme
Selain itu, keadaan ini diperparah dengan nepotisme antar keluarga yang ketika seseorang jadi pejabat, ia memudahkan familinya untuk bisa mengisi kekuasaan penting sementara keluarga lain yang jadi rivalnya dibatasi.
Pertikaian antar keluarga ini bisa berakhir dengan perang kecil yang mengakibatkan keretakan internal pemerintahan.
Kemudian, pemimpin yang tidak lagi memikirkan umat. Di akhir masa negara Umayyah, para pejabat banyak membangun semacam kastil atau istana di luar kota.
Beberapa akhirnya memilih untuk menetap di sana dan menjauh dari keramaian masyarakat. Itulah yang membuat masyarakat marah, karena suara dan aspirasi mereka tidak didengar pemerintah.
Kezaliman penguasa yang menzalimi rakyatnya. Dalam perjalanan menuju keruntuhan, Bani Umayyah sering memilih opsi kekerasan pada rakyatnya yang berbeda pikiran.
Hal ini dimulai sejak Al Hajjaj bin Yusuf di timur Al Wali Abdullah bin Habjab di barat, dua “tukang jagal” yang banyak membunuh sahabat dan Tabi’in karena tidak sesuai dengan kemauan penguasa.
Sahabat Muslim, dari penyebab-penyebab kehancuran tersebut, kita bisa belajar agar hal-hal itu tidak lagi terjadi pada masa sekarang ini. [Cms]
(Referensi dari Dirasat Li Suquth Tsalatsina Daulah Islamiyyah, Dr Abdul Halim Uwais)