ADIL lebih dekat kepada takwa karena memang bersikap adil itu tidak mudah. Orang-orang yang berilmu pun belum tentu mampu berlaku adil dan obyektif jika tidak diterangi cahaya taufik dari Allah.
Baca Juga: Sikap Adil Rasulullah Bersama Para Istrinya
Adil lebih Dekat kepada Takwa
Oleh sebab itu, di dalam Al-Qur’an keadilan itu dikatakan lebih dekat kepada takwa.
Siapa saja yang berusaha untuk berlaku adil dan bersungguh-sungguh menegakkannya, maka hal itu lebih dekat kepada ketakwaan hati.
Lawannya adil adalah zalim yaitu meletakkan sesuatu bukan pada tempatnya. Termasuk dari bentuk sikap zalim adalah membela dan memuliakan orang-orang yang memusuhi dakwah tauhid dan sunnah Nabi.
“Yang penting bukan Wahhabi”, ini yang menjadi semboyan kezalimannya. Padahal kezaliman itu hakikatnya “dzhulumaat” (kegelapan) pada hari kiamat.
Allah telah mengingatkan,
يا أيها الذين آمنوا كونوا قوامين لله شهداء بالقسط ولا يجرمنكم شنآن قوم على ألا تعدلوا اعدلوا هو أقرب للتقوى
“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian saksi yang adil karena Allah dan janganlah kebencian kalian terhadap suatu kaum menghalangi kalian berlaku adil.
Berlaku adil-lah, karena perbuatan adil itu lebih dekat kepada takwa.” (Al-Ma’idah: 8)
Allah mengabarkan bahwa keadilan dan ketakwaan punya hubungan yang sangat erat.
Begitupula hubungan antara kebencian, kezaliman, kebid’ahan dan kesyirikan.
Sebab itu Al-Hafidzh Ibnu Hajar Al-Asqolani Asy-Syafii mengatakan,
“Orang-orang yang jahil tentang ilmu agama ini tidaklah termasuk orang-orang yang adil begitu pula ahli bid’ah.
Maka, yang dikatakan orang-orang adil adalah mereka yang mengikuti cara beragamanya Nabi dan para shohabat beliau mereka adalah ahlussunnah wal jamaah.” (Fat-hul Bari 13/316)
[Cms]
https://t.me/manhajulhaq