SEBAGAIMANA yang sudah dimaklumi bahwa Rasulullah alaihi wasalam menikahi sembilan wanita yang kemudian dikenal dengan sebutan Ummahatul Mukminin radhiallahu’anhum. Sikap adil Rasulullah bersama para istrinya menambah kemuliaan dan teladan untuk umatnya.
Alangkah mulia dan tinggi kedudukan tersebut! Rasulullah menikahi seorang wanita yang berusia senja, berstatus janda, wanita yang lemah, hanya ‘Aisyah radhiallaaha saja yang berstatus gadis di antara seluruh istri-istri beliau.
Baca Juga: Tutur Kata dan Cara Berbicara Rasulullah
Sikap Adil Rasulullah Bersama Para Istrinya
Beliau adalah contoh terbaik dalam hal berlaku adil kepada para istri, dalam hal pembagian giliran ataupun urusan lainnya. ‘Aisyah radhiallahu’anha mengungkapkan:
Dalam kitab Sehari Di Kediaman Rasulullah shallallahu’alaihi sallam, oleh: Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim disebutkan bahwa Setiap kali Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam hendak melakukan lawatan, beliau selalu mengundi para istri.
Bagi yang terpilih akan menyertai beliau dalam lawatan tersebut. Beliau shalallaahu alaihi wasalam membagi giliran bagi setiap istri masing-masing sehari semalam.” (HR. Muslim)
Riwayat Anas radhiallaahu anhu berikut ini memaparkan kepada kita salah satu bentuk keadilan beliau kepada para istri. Anas radhiallaahu anhu menceritakan:
Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam mempunyai sembilan orang istri. Apabila beliau telah membagi giliran bagi para istri, beliau hanya bermalam di rumah istri yang tiba masa gilirannya.
Biasanya para Ummahaatul Mukminin berkumpul setiap malam di rumah tempat beliau bermalam. Pada suatu malam, mereka berkumpul di rumah ‘Aisyah radhiallahu’anha yang sedang tiba masa gilirannya.
Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam mengulurkan tangannya kepada Zaenab radhiallaahu anha yang hadir ketika itu. ‘Aisyah radhiallaahu anha berkata: “Itu Zaenab!” Beliau segera menarik tangannya kembali.” (Muttafaq ‘alaih)
Demikianlah suasana rumah Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam yang agung. Suasana harmonis seperti itu hanya dapat terwujud dengan bimbingan taufik dan hidayah dari Allah subhannahu wa ta’ala. Beliau shalallaahu alaihi wasalam senantiasa bersyukur kepada Allah subhannahu wa ta’ala yang teraplikasi dalam bentuk ucapan dan perbuatan.
Beliau senantiasa menganjurkan istri-istri beliau untuk giat beribadah serta membantu mereka dalam melaksanakan ibadah, sesuai dengan perintah Allah, “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertaqwa.” (Thaha: 132)
Aisyah radhiallaahu anha menceritakan:
Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam biasa mengerjakan shalat malam sementara aku tidur melintang di hadapan beliau. Beliau akan membangunkanku bila hendak mengerjakan shalat witir.” (Muttafaq ‘alaih).
Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam menghimbau umatnya untuk mengerjakan shalat malam dan menganjurkan agar suami istri hendaknya saling membantu dalam mengerjakannya.
Sampai-sampai sang istri boleh menggunakan cara terbaik untuk itu, yaitu dengan memercikkan air ke wajah suaminya! demikian pula sebaliknya.
Abu Hurairah radhiallaahu anhu meriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah shalallaahu alaihi wasalam bahwa beliau bersabda:
“Semoga Allah subhanahu wa ta’ala merahmati seorang suami yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu membangunkan istrinya untuk shalat bersama. Bila si istri enggan, ia memercikkan air ke wajah istrinya (supaya bangun)”
“Semoga Allah subhanahu wa ta’ala merahmati seorang istri yang bangun pada malam hari untuk mengerjakan shalat malam lalu membangunkan suaminya untuk shalat bersama. Bila si suami enggan, ia memercikkan air ke wajah suaminya (supaya bangun).” (HR. Ahmad). [Ln]