SEPERTI apa adab yang baik ketika berjumpa dengan orang lain? Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda: ada tujuh golongan manusia yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Rabbnya, seorang laki-laki yang hatinya terpaut dengan masjid, dan dua orang [laki-laki dan perempuan] yang saling mencintai karena Allah [mereka bertemu dan berpisah karena Allah].
Seorang laki-laki yang diajak berbuat maksiat oleh seorang perempuan kaya lagi cantik lalu dia berkata, ‘Aku takut kepada Allah’, dan seorang yang bersedekah dengan menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya, serta seorang laki-laki yang berdzikir kepada Allah dengan mengasingkan diri hingga kedua matanya basah karena menangis.”
[Kitab Bukhari HN 620. Hadits serupa juga terdapat dalam Kitab Muslim HN 1712, Kitab Nasa’i HN 5285, Kitab Ahmad HN 9288, Kitab Malik HN 1501]
Baca Juga: Adab Berpelukan
Adab Berjumpa dengan Orang lain
1. Tersenyum
Senyum tulus adalah bahasa tubuh yang menjadi ekspresi kegembiraan dan kebahagiaan. Untuk itu, senyuman yang tulus akan membuat hangat pergaulan.
Orang yang tersenyum dengan tulus, otaknya akan merangsang produksi hormon kebahagiaan yang banyak manfaatnya bagi tubuh.
Sebagian besar orang yang diberikan senyuman pun akan membalas dengan senyuman. Senyum balasan yang dilakukan dengan tulus, merangsang pula produksi hormon kebahagiaan.
Itulah salah satu nilai sedekah orang yang tersenyum buat sahabatnya, sehingga dapat membuatnya ikut mendapatkan tambahan hormon kebahagiaan.
Orang yang banyak tersenyum menandakan kelapangan jiwa dan pikiran yang positif. Hal ini jelas berbeda dengan mereka yang suka memberikan senyum kecut atau sinis.
Senyum kecut biasanya mengekspresikan kekecewaan seseorang. Sedangkan, senyum sinis adalah bentuk dari ekspresi kesombongan.
Rasulullah SAW telah mengajarkan kita agar banyak memberikan senyuman yang tulus. Hal ini ditelah dicontohkan melalui keteladanan Beliau dalam kehidupan sehari-hari.
عَنْ جَرِيرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ مَا حَجَبَنِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ أَسْلَمْتُ وَلَا رَآنِي إِلَّا تَبَسَّمَ فِي وَجْهِي
“Dari Jarir r.a. berkata; Nabi SAW tidak pernah melarangku untuk bertemu beliau semenjak aku masuk Islam dan tidaklah beliau melihat aku melainkan beliau tersenyum ke wajahku.”[ Kitab Bukhari, HN 2809 ]
Abdullah bin al-Harits bin Jaz’i berkata; “Aku tidak pernah melihat seseorang yang paling banyak senyumannya selain Rasulullah SAW.” [Kitab Tirmudzi, HN 3574 ]
Rasulullah memerintahkan kita tersenyum dan menunjukkan wajah yang berseri-seri. Beliau bersabda: “Janganlah engkau remehkan perkara ma’ruf, berbicaralah kepada saudaramu dengan wajah yang penuh senyum dan berseri, sebab itu bagian dari perkara yang ma’ruf.” [Kitab Abu Daud, HN 2562]
2. Mengucapkan Salam
Di antara hak muslim atas kita adalah memberikan salam ketika menjumpainya. Inilah hak yang harus ditunaikan oleh setiap muslim. Ucapan salam adalah sebagai berikut:
ألَسلامُ عليكم ورحمةُ الله وبركاتُهُ
“Semoga keselamatan tetap atas kamu sekalian, demikian pula rahmat Allah dan barakah-Nya”
3. Berjabat Tangan
Berjabat tangan merupakan amalan yang mula-mula diamalkan oleh penduduk Yaman. Rasulullah SAW senantiasa berjabat tangan ketika berjumpa dengan sahabat-sahabatnya. Abu Dzar berkata: “Aku tidak pernah berjumpa dengan beliau, kecuali beliau menjabat tanganku.
Suatu hari, beliau mengutus utusan kepadaku saat aku tidak ada di rumah. Ketika kembali ke rumah, aku diberi kabar bahwa beliau telah mengutus seorang utusan kepadaku.
Maka aku mendatanginya saat beliau berada di atas pembaringan, lantas Beliau memelukku. Maka pelukan itu lebih indah, dan lebih indah.” [Kitab Abu Daud HN 3538]
Amalan berjabat tangan juga dikerjakan oleh para sahabat, khususnya pada saat saling berjumpa.
Dari Qatadah, ia berkata: aku bertanya pada Anas; “Apakah di antara sahabat-sahabat Rasulullah SAW biasa berjabat tangan?” Dia menjawab, “Ya”.[Kitab Bukhari HN 5792 dan Kitab Tirmidzi HN 2653]
[Cms]
Wallahu a’lam.
Sumber : disunting dari Fatwa Tarjih
t.me/khazanahmuh