ADA pesan sejarah di balik kalimat “Syria Today, Palestina Tomorrow” ditulis oleh Edgar Hamas, Founder Gen Saladin.
Kamu juga sudah baca frasa itu kan? “Syria Today, Palestine Tomorrow”.
Ungkapan yang mencerminkan harapan adalah sebuah pernyataan yang kuat.
Sebuah asa yang tumbuh, yang seakan mengatakan pada dunia bahwa kabar-kabar baik InsyaAllah akan datang berkelindan.
Kita semua sudah “makan garam” dengan kabar duka, maka ungkapan itu menjadi bara optimisme yang membuat kita kembali percaya bahwa kita layak untuk dapat happy ending sebenarnya.
Namun, tahukah kamu? Ternyata frasa “Syria Today, Palestine Tomorrow” itu memang mengingatkan kita pada kejadian penting dalam timeline sejarah Umat Islam.
Pertama, di zaman generasi sahabat saat Khalifah Umar memerintah dan berusaha membebaskan Palestina.
Dan kedua, saat Shalahuddin Al Ayyubi dan generasinya berusaha menyelamatkan Masjid Al Aqsha.
Apa kesamaan keduanya? Persamaan keduanya adalah Suriah dulu, baru Palestina. Syria Today, Palestine Tomorrow.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Baik pembebas Al Aqsha zaman Khalifah Umar (tahun 637 M) dan pembebasan Al Aqsha di era Generasi Shalahuddin (tahun 1187 M) sama-sama menyadari bahwa ide membebaskan Palestina berkonsekuensi untuk menyiapkan strateginya.
Dan strategi yang tepat untuk mempersiapkan pembebasan Palestina adalah kuasai semua daerah yang melingkupinya, termasuk Suriah. Dan Mesir.
Suriah yang beribukota Damaskus ini, adalah titik penting yang Khalifah Umar pernah berkata, “mulailah dari Damaskus, karena ia adalah benteng Syam” (Al Bidayah wan Nihayah).
Maka konsentrasi tentara muslimin tertuju pada kota itu.
Bayangkan, panglimanya “all-stars” semua, mulai dari Abu Ubaidah bin Jarrah, Khalid bin Walid, Amru bin Ash, Yazid bin Abi Sufyan dan Syurahbil bin Hasanah.
Damaskus kala itu punya tempat spesial bagi kekaisaran Romawi.
Setidaknya ada 4 alasan bagi mereka: posisinya yang strategis, kota pusat kuasa mereka di benua Asia, pusat logistik militer, dan simbol peradaban Romawi di Syam.
Setelah Damaskus sudah berhasil masuk pelukan generasi sahabat, 2 tahun kemudian Allah bentangkan kemenangan Pembebasan Al Aqsha.
Ada Pesan Sejarah di Balik Kalimat “Syria Today, Palestine Tomorrow”
Bahkan Umar bin Khattab datang sendiri membelah jarak ribuan kilometer untuk menerima kuncinya dari Patrick Sophronius.
Bagaimana dengan Suriah di masa Shalahuddin? Wah, bisa dibilang Suriah menjadi wilayah sangat penting bagi koordinasi kaum muslimin saat itu.
Wilayah itu sebelumnya dipimpin Sultan Nuruddin Zanki. Ketika beliau wafat, Damaskus jatuh dalam marabahaya.
Pasukan salib begitu bernafsu untuk merebut Damaskus dari Kaum muslimin.
Itulah yang membuat Shalahuddin berangkat dari Mesir untuk menyelamatkan Damaskus tahun 1174. Suriah, yang terdiri dari beberapa wilayah strategis seperti Damaskus, Aleppo, Homs, dan Hama, juga menjadi tempat pengembangan kekuatan intelektual dan militer yang digagas Generasi Shalahuddin.
Kepemimpinan beliau di Suriah memungkinkannya untuk mengontrol rute utama yang menghubungkan Mesir dan Syam, yang penting untuk logistik pasukan dan komunikasi.
Damaskus, secara khusus menyuplai para pejuang dengan kebutuhan logistik seperti makanan, senjata, dan perlengkapan militer.
Baca juga: Menyembuhkan Umat dari Sekarat dengan Buku Model Kebangkitan Umat Islam
Jarak waktu antara masuknya Shalahuddin ke Damaskus hingga Pembebasan Al Aqsha adalah 13 tahun (1174-1187).
Di masa itu, Damaskus dan Suriah secara umum bergandengan dengan Mesir dan wilayah penyangga lainnya untuk mempersiapkan generasi pembebas.
Ulama mengarahkan, pemimpin mengeksekusi program, dermawan menguatkan perekonomian.
Jadi, sadar atau tidak, sejatinya memang ada pesan sejarah dari ungkapan “Syria Today, Palestine Tomorrow”, setidaknya sebagai pengingat bahwa persiapan pembebasan Al Aqsha tidak mungkin instan dan tahu-tahu bebas.
Semuanya harus berproses, strategis dan mengikuti sunnatullah dalam mencapai kemenangan.
Pertanyaannya: apa peran kita di Indonesia untuk ikut andil dalam proyek peradaban ini? Dengan ilmu? Harta? Teknologi? Mari menjawabnya sama-sama sejak kini.[Sdz]