Chanelmuslim.com – Yang pantas diacungi jempol, ia membuat iri sahabat lain, bukan hanya keunggulannya dalam Al-Qur’an dan pemahaman agama, tetapi keshalihan dan ketakwaanya juga patut mendapat pujian.
Hudzaifah berkata, “Tidak seorang pun yang lebih mirip dengan Rasulullah saw. baik dalam cara hidup, perilaku dan ketenangan jiwanya, daripada Ibnu Mas’ud. Para sahabat terdepan juga sadar bahwa putra Ummi `Abdi inilah yang paling dekat dengan Allah.”
Baca Juga: Abdulah Bin Mas’ud [2] – Pertama Mengumandangkan Al Quran dengan Merdu
Abdullah Bin Mas’ud [3] – Membuat Iri Sahabat Lain
Suatu hari, beberapa sahabat berkumpul di tempat Khalifah Ali. Mereka bertanya kepadanya, “Wahai Amirul Mu’minin, kami tidak melihat orang yang lebih berbudi pekerti, lebih lemah-lembut dalam mengajar, lebih baik pergaulannya, dan lebih shalih daripada Abdullah bin Mas’ud.”
Khalifah Ali berkata, “Dengan nama Allah, aku bertanya kepada kalian, apakah ucapan kalian ini benar-benar dari hati kalian?”
“Benar” jawab mereka.
Khalifah Ali berkata, “Ya Allah, Engkaulah yang menjadi saksi bahwa aku juga berpendapat seperti mereka, atau bahkan lebih dari itu. Sungguh, ia telah membaca Al-Qur’an. Ia halalkan yang halal, dan mengharamkan yang haram. Pemahamannya tentang ajaran agama dan sunah Nabi sangat luas.”
Suatu saat, para sahabat berbicara di antara mereka, “Sungguh, Ibnu Mas’ud diberi izin menemui Rasul saat kita tidak diberi izin. Ia banyak bersama Rasul sementara kita tidak.”
Yang mereka maksud adalah Ibnu Mas’ud lebih sering diberi izin menemui Rasulullah di rumahnya. Ia juga lebih sering bersama Rasulullah. Kesempatan yang jarang didapat oleh sahabat yang lain. Bahkan, ia menjadi tumpuan rahasia Rasulullah, hingga dijuluki “Kotak Hitam,” tempat Rasulullah menumpahkan keluhan dan rahasia.
Abu Musa Al-Asy’ari berkata, “Sungguh, setiap aku melihat Rasulullah saw., pastilah Ibnu Mas’ud bersamanya, hingga seperti keluarganya sendiri.”
Semua itu karena Rasullah saw., sangat menyayanginya. Beliau sangat sayang karena keshalihan, kecerdasan dan kebesaran jiwanya, hingga Rasullah pernah bersabda,
“Seandainya aku harus mengangkat seorang sebagai pemimpin tanpa musyawarah dengan kaum muslimin, pasti aku memilih Ibnu Ummi `Abdi.”
Dan sebelum ini, kita telah mendengar pesan Rasulullah, “Berpegang teguhlah kepada ilmu Ibnu Ummi `Abdi!”
Rasa sayang dan rasa percaya inilah yang menjadikannya layak untuk sangat dekat dengan Rasulullah, hingga ia mendapatkan hak yang tidak diberikan kepada orang lain. Rasulullah pernah bersabda kepadanya, “Aku izinkan kamu membuka tabir penutup.”
“Ini merupakan lampu hijau bagi Ibnu Mas’ud untuk mengetuk pintu rumah Rasulullah kapan saja, siang atau malam hari.
Inilah yang pernah dikatakan oleh rekan-rekannya, “Saat kami tidak iberi izin, ia diberi izin. Saat kami absen, ia selalu hadir.”
Dan Ibnu Mas’ud memang layak memperoleh keistimewaan ini. Meskipun kedekatan ini semestinya membuatnya semakin bebas, tetapi Ibnu Mas’ud hanya bertambah khusyu’, hormat dan sopan serta santun.
Mungkin gambaran yang meluukiskan akhlaknya secara tepat, ialah sikapnya ketika menyampaikan hadits Rasulullah saw. setelah beliau wafat. Walaupun ia jarang menyampaikan hadits dari Rasulullah saw. tetapi kita lihat setiap ia menggerakkan kedua bibirnya untuk mengatakan,
“Aku mendengar Rasulullah bersabda…” maka tubuhnya bergetar hebat, tampak gugup dan gelisah. Sebabnya tidak lain karena ia takut salah menyampaikan sabda Rasulullah.
Marilah kita dengarkan kawan-kawannya melukiskan pemandangan ini.
Amr bin Maimun berkata, “Saya pulang-pergi ke rumah Abdullaah bin Mas’ud selama setahun. Selama itu, saya tidak pernah mendengar ia menyampaikan hadits Rasulullah saw., kecuali satu hadits yang ia sampaikan pada suatu hari.
Ia berkata, `Rasulullah saw. bersabda….’ Tiba-tiba, ia kelihatan gelisah hingga keringatnya bercucuran dari keningnya. Setelah membacakan hadits, ia berkata, `Hampir seperti itulah sabda Rasulullah.’”
Alqamah bin Qais berkata, “Biasanya Abdullah bin Mas’ud berpidato setiap hari Kamis sore. Aku tidak pernah mendengarnya mengucapkan, `Rasulullah bersabda…,’ kecuali hanya sekali. Saat itu, ia memegang tongkat, dan aku melihat tongkatnya bergetar hebat.”
Masruq berkata, “Suatu hari Ibnu Mas’ud menyampaikan sebuah Hadits. Ia berkata, `Aku mendengar Rasulullah saw…,’ ia bergetar hebat. Setelah itu ia berkata, ‘Kira-kira itulah.’”
Sampai sejauh itu, penghormatannya kepada Rasulullah saw., selain menjadi bukti ketakwaannya, juga menjadi tanda kecerdasannya.
Orang yang sangat sering berdekatan dengan Rasulullah saw., pasti penialiannya terhadap kemuliaan Rasulullah adalah penilaian yang tepat. Karena itulah sopan santunnya kepada Rasulullah saat masih hidup dan sesudah wafat selalu terjaga, dan tidak ada yang menyamainya.(bersambung/dn)
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom