Chanelmuslim.com – Kisah Abdulah Bin Mas’ud [2]. Selama ini, setiap berjalan lewat di hadapan salah seorang pembesar Quraisy, ia selalu berjalan cepat dengan menundukkan kepala.
Namun setelah menjadi muslim, dengan langkah tegap, ia mendatangi kumpulan para pemuka Quraisy yang berada di Ka’bah. DI hadapan mereka, ia kumandangkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan suara merdunya,
“(Tuhan) Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Al-Qur’an. Dia menciptakan manusia, mengajarnya pandai berbiacara. Matahri dan bulan (beredar) menurut perhitungan. Tetumbuhan dan pepohonan bersujud kepada-Nya.” (Ar-Rahman [55]: 1-6).
Baca Juga : Kisah Orangtua Shalahuddin Al Ayyubi
Ia melanjutkan bacaannya.
Sementara itu, para pemuka Quraisy semua terpesona. Mereka tidak percaya apa yang sedang mereka lihat dan mereka dengar. Belum pernah terbayangkan sama sekali bahwa orang yang menantang kekuasaan dan kesombongan mereka adalah salah seorang penggembala kambing yang mereka beri upah, milik salah seorang dari mereka. Dia adalah Abdullah bin Mas’ud, seorang miskin yang hina.
Marilah kita dengar saksi mata menceritakan peristiwa menakjubkan ini.
Zubair berkata, “Yang pertama kali mengumandangkan Al-Qur’an di Mekah selain Rasulullah saw. adalah Abdullah bin Mas’ud ra. Suatu hari, para sahabat Rasullah berkumpul. Mereka berkata, “Demi Allah, orang-orang Quraisy belum pernah mendengar Al-Qur’an ini dikumandangkan di hadapan mereka. Siapa di antara kita yang bersedia memperdengarkannya kepada mereka?”
Ibnu Mas’ud berkata, “Aku.”
Mereka berkata, “Kamu mengkhawatirkan keselamatanmu. Yang kami inginkan ialah seorang laki-laki yang mempunyai kerabat yang akan melindunginya dari orang-orang itu.”
“Berilah aku kesempatan. Allah yang akan membelaku,” kata Ibnu Mas’ud.
Saat waktu dhuha (pagi menjelang siang), ketika para pemuka Quraisy berada dibalai pertemuan mereka, Ibnu Mas’ud mendatangi mereka. Dengan berdiri dan dengan suaranya yang merdu, ia membaca firman Allah,
“(Tuhan) Yang Maha Pemurah, Yang telah mengajarkan Al-Qur’an.” (Ar-Rahman: 1-2)
Mereka memperhatikannya sambil bertanya kepada sesamanya, “Apa yang dibaca oleh anak Ummu `Abdi itu?” Yang lain menjawab, “Sungguh, ia membaca apa yang diserukan Muhammad.”
Ramai-ramai mereka mendekati Ibnu Mas’ud dan memukulinya. Namun Ibnu Mas’ud tetap melanjutkan bacaannya.
Setelah itu, dengan muka dan tubuh yang babak belur ia kembali kepada para sahabat. “Inilah yang kami khawatirkan terhadap dirimu,” kata mereka.
Ibnu Mas’ud ra. berkata, “Sekarang ini, musuh Allah yang paling hina di mataku adalah mereka. Jika kalian mau, besok aku akan melakukan hal yang sama.”
Mereka berkata, “Sudah cukup. Engkau telah mendengarkan kepada mereka apa yang mereka benci.”
Dulu, saat Ibnu Mas’ud tercengang melihat kambing muda yang tiba-tiba mengeluarkan banyak air susu, ia sama sekali belum mengetahui bahwa dirinya dan rekan-rekannya dari kalangan orang-orang miskin akan menjadi satu dari mukjizat Rasulullah yang maha dahsyat, yaitu ketika mereka bangkit memanggul panji-panji Allah, menyibak cahaya matahari dan benderangnya siang hari.
Baca Juga : Kisah Jaenab, Penjual Bubur yang Merajut Mimpi di Rumah Gemilang Indonesia
Dulu, ia sama sekali tidak pernah membayangkan bahwa hal itu akan terjadi dalam waktu dekat.
Hari itu pun tiba dengan cepat. Anak muda miskin yang hidup dari upah menggembala kambing itu, kini menjadi satu mukjizat besar Rasulullah.
Hidup yang penuh persaingan ini tidak pernah memberi kesempatan kepadanya untuk bersaing. Bahkan, dunia seakan tidak memberi kesempatan kepadanya untuk menginjakkan kakinya di muka bumi ini.
Tidak ada tempat baginya di kalangan hartawan. Begitu juga di lingkungan kesatria gagah perkasa, atau dalam soal derajat, ia berada di bawah.
Dalam soal harta, ia tidak punya apa-apa. Tentang perawakan tubuhnya, ia kecil dan kurus. Apalagi dalam soal derajat, ia berada di bawah.
Akan tetapi, sebagai ganti dari kemiskinannya itu, Islam memberinya bagian yang melimpah, lebih berharga dari simpanan kerajaan Persia dan Romawi.
Sebagai ganti dari tubuhnya yang kurus dan lemah, Islam memberinya kemauan kuat untuk menudukkan para pengusaha zalim dan mengubah perjalan sejarah.
Sebagai ganti dari nasibnya yang terkucilkan, Islam memberinya ilmu yang sangat luas, kemuliaan dan nama harum, sehingga ia berada di jajaran terdepan para tokoh sejarah.
Sungguh, tidak meleset ketika jauh sebelumnya Rasulullah saw. pernah bersabda kepadanya, “Kamu akan menjadu pemuda terpelajar.” Ia telah diberi pelajaran oleh Tuhannya hingga menjadi rujukan umat dalam urusan agama, dan rujukan para hafizhul-Qur’an ( para penghafal Al-Qur’an).
Ia pernah berkata, “Aku hafal 70 surah Al-Qur’an langsung dari Rasulullah saw. Tidak seorang pun yang menyaingiku dalam hal ini.”
Sepertinya, Allah swt ingin memberinya anugerah atas keberaniannya mempertaruhkan nyawa dalam mengumandangkan Al-Qur’an secara terang-terangan dan menyebarluaskan di segenap pelosok kota Mekah, di saat siksaan dan penindasan kepada pengikut Nabi merajalela. Allah memberinya kemampuan istimewa dalam membaca dan memahami Al-Qur’an.
Rasulullah pernah berpesan kepada para sahabat untuk menjadikan Ibnu Mas’ud sebagai teladan, “Berpegang-tegulah kepada apa yang diajarkan Ibnu Ummi’ (Ibnu Mas’ud.”
Beliau juga berpesan agara para sahabat meniru bacaan Qur’an Ibnu Mas’ud.
“Barangsiapa yang ingin mendengar Al-Qur’an seperti saat diturunkan, hendaklah ia mendengarkannya dari Ibnu Ummi’ Abdi. Barangsiapa yang ingin membaca Al-Qur’an seperti saat diturunkan, hendaklah ia membacanya seperti bacaan Ibnu Ummi `Abdi.”
Rasulullah sendiri seringkali ingin mendengarkan bacaan Ibnu Mas’ud. Suatu hari, beliau memanggilnya dan bersabda, “Abdullah, bacalah untukku.”
Abdullah menjawab, “Aku membacanya untukmu, ya Rasulullah, adalah Al-Qur’an diturunkan kepadamu?!”
Rasulullah menjawab, “Aku ingin mendengarnya dari orang lain.”
Maka, Ibnu Mas’ud membaca beberapa ayat dari surah an-Nisa’. Ketika sampai pada firman Allah Ta’ala,
“Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan sesorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu). Di hari itu, orang-orang kafir dan orang-orang yang mendurhakai rasul ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat menyembunyikan (dari Allah) suatu kejadian pun.” (An-Nisa: 41-42)
Rasulullah tidak dapat menahan tangisnya. Air matanya bercucuran. Dengan isyarat tangan, beliau menyuruh Ibnu Mas’ud mengehentikan bacaannya.
Ibnu Mas’ud juga pernah berkata, “Setiap dari Al-Qur’an yang diiturunkan, aku pasti mengetahui ia diturunkan dalam masalah apa. Tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang kitab Allah daripada aku. Sekiranya ada yang lebih tahu tentang Al-Qur’an dariku dan tempatnya bisa ditempuh dengan unta, pasti aku akan berguru kepadanya. Dan aku bukan yang terbaik di antra kalian.”
Keistimewaan Umar berkata mengenai dirinya, “Pemahamannya tentang ajaran agama benar-benar mencapai kesempurnaan.”
Abu Musa Al-Asy’ari berkata, “Jangan menanyakan urusan agama kepada kami selama pakar agama ini berada di antara kalian.” (bersambung/dn)
Sumber : 60 Sirah Sahabat Rasulullah SAW/Khalid Muhammad Khalid/Al Itishom