SYARAT menuntut ilmu tidak hanya kecerdasan dan ketekunan, masih ada hal lain yang tidak luput menjadi perhatian, sebagaimana pepatah berikut ini:
أَخِي لَنْ تَنَالَ العِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ سَأُنْبِيْكَ عَنْ تَفْصِيْلِهَا بِبَيَانٍ: ذَكَاءٌ وَحِرْصٌ وَاجْتِهَادٌ وَدِرْهَمٌ وَصُحْبَةُ أُسْتَاذٍ وَطُوْلُ زَمَانٍ
“Saudaraku! Kamu tidak akan mendapatkan ilmu, kecuali dengan enam perkara, akan aku beritahukan perinciannya dengan jelas:
1) Kecerdasan
2) Ketamakan (tidak merasa puas dengan ilmu yang didapat)
3) Kesungguhan
4) Harta benda (bekal)
5) Mempergauli guru (bermuamalah dengan baik)
6) Waktu yang panjang
Baca Juga: Keutamaan Menuntut Ilmu Agama
6 Syarat Menuntut Ilmu Agar Berkah dan Bermanfaat
Ustadz Faisal Kunhi M.A memberikan beberapa penjelasan terkait enam poin di atas:
1. Ilmu tidak akan bisa diperoleh kecuali dengan meningkatkan kecerdasan dan salah satu cara meningkatkan kecerdasan adalah dengan meningkatkan kemampuan untuk menghafal dan itu bisa dilakukan dengan tekun melakukan shalat malam, membaca al Qur’an, bersiwak, minum madu, sedikit makan dan mengkonsumsi makanan yang tidak berlendir atau berlemak.
2. Sudah menjadi keharusan bagi penuntut ilmu untuk bersungguh-sungguh, tekun dan terus menerus dalam belajar; hal ini sebagai di isyaratkan dalam al Qur’an:
يَا يَحْيَىٰ خُذِ الْكِتَابَ بِقُوَّةٍ ۖ
“Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh”
Sebuah petuah bijak mengatakan:
من طلب شيئا وجد وجد ومن قرع الباب ولج ولج
“Siapa yang bersungguh-sungguh dalam mencari sesuatu, pasti akan menemukannya. Siapa yang mengetuk pintu berkali-kali pasti akan bisa memasukinya.”
3. Ada yang mengatakan bahwa dalam belajar dan memahami agama dibutuhkan kesungguhan dari tiga pihak: pelajar, guru dan orang tua (jika masih ada).
4. Menjadi kewajiban seorang pelajar dan penuntut ilmu untuk tidak tidur pada malam hari, sebagaimana yang dikatakan dalam sebuah syair:
إتخذ الليل جملا تدرك به أملا
“Jadikanlah malam sebagai kendaraan untuk meraih impian.”
Ada juga sebuah nasihat berkata:
من أسهر نفسه بالليل فقد فرح قلبه بالنهار
“Siapa yang berjaga pada malam hari, hatinya akan bahagia pada siang hari.”
5. Mengorbankan harta adalah sebuah keniscayaan bagi penuntut ilmu. Saking semangatnya para ulama dalam mengumpulkan kitab, mereka pun jadi orang-orang pailit.
Coba lihatlah keadaan Yahya bin Ma’in. Beliau mendapatkan harta peninggalan dari ayahnya yang amat banyak, “alf-alf (milyun) wa khomsiina alf dirham” (1.050.000 dirham).
Seluruh harta tersebut beliau infakkan untuk mengumpulkan hadis dan mengumpulkan berbagai kitab. Sampai ia pun jatuh pailit. Sampai-sampai ia tidak memiliki sendal untuk digunakan.
Namun karena kebangkrutannya ini, ia pun menjadi imam besar dalam “jarh wa ta’dil, tanpa disangsikan lagi.”
Oleh karena itu di antara ulama seperti Syu’bah bin Al Hajjaj pernah berkata,
من طلب الحديث أفلس
“Barangsiapa menuntut ilmu hadis, maka ia pasti akan jatuh bangkrut.”
6. Seorang pelajar akan memperoleh ilmu dan mengambil manfaat darinya jika mereka mengagungkan ilmu dan menghormati guru. Ada yang mengatakan:
“Seseorang tidak akan sampai tujuan jika tidak disertai dengan penghormatan. Seseorang juga akan terjatuh jika meninggalkan penghormatan.”
7. Diantara wujud penghormatan pada ilmu adalah menghormati guru
قال على رضى الله عنه: أنا عبد من علمنى حرفا واحدا، إن شاء باع، وإن شاء استرق
Ali ra berkata: “Saya akan menjadi hamba sahaya orang yang telah mengajariku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, dimerdekakan ataupun tetap menjadi hambanya.”
8. Masa belajar itu sangat panjang; terhitung dari buaian sampai liang lahat. Hasan bin Ziyad baru betul menguasai fiqh ketika sudah berusia 80 tahun.
Beliau tidak pernah tidur diatas kasur selama 40 tahun dan 40 tahun kemudian beliau baru mengeluarkan fatwa.
Waktu terbaik belajar adalah permulaan masa remaja, waktu sahur dan waktu di antara maghrib dan isya. [Ln]