Chanelmuslim.com – Mam Fifi, aku (24) saat ini sedang bingung, karena teman laki-laki (pacarku) In (25) bermaksud mengajakku untuk melanjutkan hubungan kami hingga pernikahan. Yang jadi permasalahan adalah aku tidak siap mengarungi kehidupan rumah tangga bersamanya.
Hal itu disebabkan karena perbedaan diantara kami: bedanya tingkat pendidikan, aku (S1) sedangkan dia hanya SMA sehingga membuat cara pandang kami terhadap suatu masalah berbeda dan hal tersebut sering menimbulkan pertengkaran, selain itu kami juga berbeda dalam hal “pemahaman tentang agama” dan gaya hidup kami yang berbeda. Tapi dia sangat sayang terhadapku, dia juga baik pada keluargaku.
Yang membuatku bingung adalah apakah aku harus menerima tawarannya sementara aku merasa kurang “sreg” dengannya, tapi disisi lain aku kasihan sama dia, dia sudah berbuat baik untukku. Sementara itu dia juga tipe orang yang sensitif mudah sedih dan patah hati. Sebaiknya aku harus bagaimana?Trimakasih untuk solusinya.
Ade Farkah
Jawab :
Assalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh, Ade mudah-mudahan ketika kamu terima jawaban ini belum terlambat bagi kamu untuk menetapkan langkahmu. Ade dalam mencari pasangan hidup apalagi kamu sebagai perempuan, kamu jangan sampai salah pilih, pilihlah suami berdasarkan agamanya. Karena suami yang punya agama baik dan paham agama, maka dia bisa kamu jadikan pegangan atau tempat bersandar, tentu saja kamu mau menikah hanya sekali saja dalam seumur hidupmu kan?
Bila sekarang saja kamu merasa kurang sreg dan merasa kasihan maka perasaanmu itu tidak bisa dijadikan landasan untuk sebuah pernikahan, sekali lagi bunda tekankan nikahlah karena agamanya, kalau agamanya baik, dan dia pemahaman sertaperbuatannya dalam hal agama ada diatas kamu, dan mampu membimbing kamu untuk menjadi pribadi muslimah yang lebih baik, sebaiknya kamu menikah dengan orang yang baik agamanya, itu saja saran bunda. Dia akan menjadi suami yang sayang pada kita, sabar dengan kekurangan kita dan mampu memperbaiki kita dan sudah jelas juga akan memperhatikan dan sangat baik pada keluarga kita.
Soal sensitif dan mudah sakit hati dan patah hati, itu sama sekali bukan sebuah landasan untuk menjadikan suatu pernikahan itu berhasil.