SEJAUH mana pun kita berjalan, setinggi apapun kita terbang, kematian telah Allah takdirkan. Di mana pun dan kapan pun. Kita tidak dapat memilih.
Pagi tadi di kantor, stafku menunjukkan berita,
“Mam, pesawat Lion Air hilang kontak. Kayaknya jatuh ke laut. Ada Bang Harvino, copilot aktivis dakwah dari sejak SMU sampai sekarang, rumahnya dekat rumah kami.”
Dan kami terdiam beberapa saat. Membayangkan kondisi para penumpang dan kondisi di dalam pesawat. Mungkin mereka adalah yang mau kembali ke Pangkal Pinang untuk kerja.
Kami adalah para pekerja yang tidak asing dengan aneka pesawat ke Aceh, Bangka, Lombok, Bali, Palu bahkan ke luar negeri dari Australia sampai Paris.
Kami ingat kalau naik pesawat suka bercanda;
1. Mam sampai duluan ya karena kadang saya suka naik bisnis class
2. Atau, jangan ketuk jendela buat pesan teh botol ya
3. Wah macet nih makanya telat sampai Jakarta.
Dan, saya suka mengingatkan staf saya, kalau bisa makan dulu karena makanan pesawat kurang asyik.
Saya juga suka ingatkan shalat tayamum ya, jangan pakai air karena enggak cukup bila semua penumpang berwudhu. Atau saya ingatkan kalau ada apa-apa jangan lepas sepatu dan tetap pakai sepatu.
Bahkan saya bilang ke guru-guru yang mau keluar negeri,
“Ayo, belajar renang dulu nanti kalau pesawat kenapa-kenapa tenggelam di air, kita paling tidak bisa berenang.”
Tapi kalau sudah kejadian kayak Lion Air JT 610, semua teori enggak berlaku. Yang ada cuma Allahku dan aku. Rasa yang dirasa oleh seluruh crew dan penumpang pesawat.
Baca Juga: Penting Bagiku Meletakkanmu di Hatiku
Setinggi Apapun Kita Terbang, Kematian telah Allah Takdirkan
Aku rasakan juga sedih. Ya Allah tapi itu semua takdir-Mu.
Walau pesawat ini mesinnya USA dan baru berusia 3 bulan. Masih baru dan bagus tapi kalau Engkau takdirkan jatuh semua teori tak berlaku. Maka itu ketika ada yang tanya, “Kamu nggak takut Fi, ke Palu?
Aku, “Enggak. Kalau belum takdir-Nya, belum waktunya aku enggak akan mati.”
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un.
Sejauh mana pun kita berjalan, setinggi apapun kita terbang, sedang gembira atau sedih, sedang bersama seorang yang kita cintai atau sedang sendiri serta sedang duduk atau berdiri.
Kematian telah Allah takdirkan. Di mana pun dan kapan pun. Kita tidak dapat memilih.
Hanya cara kematian saja yang bisa kita persiapkan, beriman atau tidak.
“Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir.” (QS Az-Zumar: 42)
(Catatan Mam Fifi, November 2018)
By: Fifi P. Jubilea, S.E., S.Pd., M.Sc., Ph.D. (Oklahoma, USA)
Founder of Jakarta Islamic School, Jakarta Islamic Boys Boarding School (JIBBS), Jakarta Islamic Girls Boarding School (JIGSc)
Visit: //www.facebook.com/fifi.jubilea
Jakarta Islamic School (JISc/JIBBS/JIGSc): Sekolah sirah, sekolah sunnah, sekolah thinking skills (tafakur), sekolah dzikir dan sekolah Al-Qur’an, School for leaders
opens ‘𝐍𝐄𝐖 𝐄𝐍𝐑𝐎𝐋𝐌𝐄𝐍𝐓 ‘𝐀𝐂𝐀𝐃𝐄𝐌𝐈𝐂 𝐘𝐄𝐀𝐑 𝟐𝟎𝟐𝟐-𝟐𝟎𝟐𝟑”
For online registration, visit our website:
𝗵𝘁𝘁𝗽𝘀://𝘄𝘄𝘄.𝗷𝗮𝗸𝗮𝗿𝘁𝗮𝗶𝘀𝗹𝗮𝗺𝗶𝗰𝘀𝗰𝗵𝗼𝗼𝗹.𝗰𝗼𝗺/
Further Information:
0811-1277-155 (Ms. Indah; Fullday)
0899-9911-723 (Mr. Mubarok; Boarding)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs.10
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs
Tiktok:
https://www.tiktok.com/@mamfifi_jisc