Nastar dan Politik oleh: Fifi P. Jubilea
ChanelMuslim.com – Sebenernya malas bahas politik cuma kali ini gak tahan juga. Bukan mau ngebahas politiknya, cuma mau menjelaskan, dulu aku pernah bilang sama kakak sukungku, beliau pro Ahok, kadang aku panggil dia koko karena kakakku ini pinter bahasa Mandarin. Kalau jalan-jalan ke China enak deh, bisa beli apa-apa murah. Kadang juga aku manggil beliau ‘aa (bahasa sunda kakak untuk lelaki).
Aku pernah sampaikan, kalau mau jadi gubernur atau apalah jabatannya yang diinginkan silakan aja tapi jangan menghina agama orang lain, walau dalam Alqur’an emang gak boleh kita (umat muslim) milih pemimpin non muslim yang ini gak bisa di bantah namanya kitab suci gak bisa di gonta ganti, di bolak balik diputar putar pemahamannya. Nah… logikanya gini, suku Sunda kepala sukunya baiknya Sunda agar lebih paham kemauan dan selera serta niat dan keinginan, suku Padang juga baiknya yang mimpin orang Padang, agar lebih paham keinginan sesama sukunya, jadi wajar kalau rakyat yang muslim lebih suka memilih pemimpin muslim karena dianggap lebih paham apa yang diinginkan. Aku rasa itu niat yang wajar saja, hal yang normal, semua juga pingin dari tribe, agama, suku yang sama kan, itu lumrah sahaja. Tidak usah memaksakan hal yang lumrah dengan membolak-balikkan pemikiran dan memaksakan keinginan.
Cuma yang gak lumrah itu bila menghina kaum, agama atau suku lain, apalagi menghina pemuka agama, kepala suku? Gimana sih? Gak masuk diakal aku. Kalau mau dapat jabatan, udahlah berjuang dan bekerja keras aja, buktikan aja, tidak usah koar-koar dan menjatuhkan bahkan menghina pemuka agama lain dong. Kamu kalau Paus atau Pastor di hina? Marah gak? Itu kan hal yang sensitif, lalu kamu merasa biasa aja setelah menghina terus minta ma’af. Mau gak kamu lewat lalu aku tampar lalu aku minta maaf, tampar lagi minta maaf lagi? Habiss lah pipimu?!
Baca Juga: Kiprah Perempuan dalam Politik dan Dukungan terhadap RUU Ekonomi Syariah
Nastar dan Politik
Jadi gak semudah itu, seakan dengan minta maaf selesai semua. Lalu mengejek seakan kita bukan golongan pemaaf dan rame-rame deh media kalian bikin kalimat yang dibolak-balik sehingga membenarkan semua yang dilakukan. Seakan-akan orang Islam jahat dan picik, tidak memaafkan.
Kurasa kerja, kerja aja deh, jadi apa kek terserah deh yang penting gak usah mengina agama, keyakinan dan apalagi pemuka/tokoh agama orang lain. Jangan arogant gitu, kita ini orang Timur, harus menghargai orang yang lebih tua, apalagi bila orang tersebut ulama.
Emang kenapa sih pingin banget jadi Gubernur? Ada apa? Sedemikian cintanya kah pada Jakarta? Perasaan bukan orang Jakarta dan gak ada sejarah manis masa kecil juga dengan kota Jakarta? Kalau dah takdir jadi Gubernur ya pasti jadi aja, santai aja deh. Tapi gak usah menghina agama orang lain apalagi menghina ulama dong.
Aku cuma gak trima ulama dihina. Kamu juga gak mau kan Pastor, Pendeta kamu yang baik hati itu dihina. Tapi aku juga gak akan menghina Pastor atau Paus, Never ! Mereka orangtua, mulia, terhormat, baik hati, banyak berkorban untuk umat dan melupakan dirinya, yang sepantasnya harus dan wajib kita semua hormati.
Paham message-nya?
Kesel aku, untung ada nastar, jadi ada yang di makan.
“Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah adalah dengan menghormati seorang muslim yang lebih tua, dan para penghafal Al-Quran yang tidak berlebih-lebihan dan tidak meremehkan, serta menghormati pemimpin yang adil.” (HR Abu Dawud)
(w)