“Kejar target hafalan.”
“Yang sabar.”
“Ngalah sama teman.”
“Ikuti aturan.”
“Nurut sama ustaz.”
“Baju jangan ketukar-tukar.”
“Sandal jepit jangan dihilangkan terus.”
“Jangan banyakan jajan.”
“Simpan uang hati-hati.”
“Seminggu sekali telepon, jangan lupa.”
Baca juga: Fadilah Shalawatan
Sederet pesan buat anak yang akan nyantri dari ayah ibu yang ditinggalkan. Kebanyakan yang bicara orangtuanya. Anaknya manggut-manggut saja.
1. Seringkali kita orangtua hanya bicara atas apa yang kita pikirkan. Tidak peduli apa yang ada dalam pikiran si anak. Padahal yang mau sekolah dia.
Pernahkan kita tanya, “Bagaimana perasaanmu? Apa yang ingin kamu katakan? Kamu ingin ibu memelukmu dulu?”
Mungkin dia sendiri lagi galau. Mau balik tapi masih kangen rumah. Juga ingat-ingat akan beban selama di pesantren. Mungkin juga ada rasa zengg, nggak enak, karena ingat teman yang di semester lalu suka membullynya.
Atau ada rasa kaku kembali dan kadang rasa malu untuk kembali atau rasa sesuatu dibawah perut berputar-putar karena kembali ke sekolah. Rasa yang ibu tak tahu.
Jadi, semua nasihat ibu didengar dengan setengah sadar karena dia juga punya pikiran sendiri. Tapi toh harus patuh pada orangtua.
2. Yang kedua, bersyukurlah. Jangan terlalu banyak menuntut. Bersyukur anak kita mau kembali ke pesantren. Ibu tahu berapa banyak anak yang enggan dan ogah balik ke pesantren.
Rasulullah bersabda, “Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR. Bukhari no. 2942 dan Muslim no. 2406, dari Sahl bin Sa’ad)
Website: