ChanelMuslim.com – Beginilah waktu mengajari kita. Di penghujung tahun ini, mengingatkan saya pada perjalanan bersama rombongan aktivis PII dalam KA ekonomi Stasiun Senen-Gubeng, 31 Des 1979. Rombongan yang menempati tiga gerbong KA itu akan menghadiri Muktamar PII di Surabaya tanggal 1-5 Januari 1980.
Di malam 31, sepanjang perjalanan para aktivis itu bersenandung mengikuti lagu Ebiet G. Ade ‘Berita Kepada Kawan’ dalam kaset yang diputar oleh salah seorang peserta. Ada bait di akhir yang kemudian menjadi terkenal.
“… Barangkali di sana ada jawabnya, mengapa di tanahku terjadi bencana. Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.”
Baca juga: Memahami Hakikat ‘Kids Zaman Now‘
Bencana di Indonesia
Memang sejak dulu, setiap tahun ada saja bencana yang menimpa Indonesia. Negara ini terletak di kawasan ‘Cincin Api Pasifik’ (Ring of Fire). Rawan bencana karena berada di atas tiga tumbukan lempeng benua: Indo-Asutralia, Eurasia, dan Pasifik yang sewaktu-waktu bisa bergesekan dan menyebabkan gempa bumi.
Meski sering terjadi bencana, Indonesia diberi anugerah kekayaan alam yang luar biasa. Alamnya indah, flora dan faunanya kaya dengan keanekaragaman hayati. Jutaan hektar hutan tropis yang membentang di atas bumi persada.
Indonesia juga kaya dengan jumlah SDM. Ada sekitar 272 juta jiwa penduduk Indonesia (BPS, 2020). Jumlah usia produktifnya sudah memasuki bonus demografi (sekitar 70%). Potensi yang luar biasa untuk masa depan bangsa.
Jika angka ini tidak dikelola dengan tepat, yang muncul malah bencana (lainnya). Bencana sosial, dekadensi moral, krisis kepemimpinan, lost generation, et cetera. Bencana ini lebih berbahaya dari bencana alam.
Ada bencana alam terjadi sewaktu-waktu dan seperti lagu ‘Badai Pasti Berlalu.’ Bencana sosial efeknya jangka panjang yang mungkin ditanggung hingga tujuh generasi. Semoga Allah melindungi kita semua.
“Tak terhitung tahun-tahun melewati bumi kita. Bagaimana mata air mengalir dan hembusan angin. Apabila hidup hanya himpunan hari-hari manusia. Mengapa yang singgah sesaat di bumi ini angkuh dan sombong?”
*Dr.’Aidh Al-Qarny
**Syeikh Sa’di Shirazy
Catatan Ustazah Wirianingsih di akun Instagramnya @wiwirianingsih pada Sabtu, 01 Januari 2022.
[Wnd]