Chanelmuslim.com – Ketika Ukhuwah Menjadi Benda Mahal
“Aku lagi risau ni, jangan ganggu…” begitu tulisku berapa waktu yang lalu diakun media sosialku.
Yaa, ibu mana yang tak risau melepas anak perempuannya sendiri tinggal di rumah yang belakangnya hutan, depannya jalanan sepi dan sebrangnya bengkel tua yang tidak terurus di negeri orang pula.
Sekarang tinggal satu anak lagi yang belum terurus juga? Si Bungsu yang baru 2 tahun terpaksa harus ku tinggal sendiri pekan depan. Namun agenda soal anak harus ku tepis dulu dalam benakku, karena masih banyak agenda dakwah dan kerja yang harus kupikirkan.
Baca Juga: Keluarga, Harta Paling Mahal yang Dimiliki Seorang Muslim
Ketika Ukhuwah Menjadi Benda Mahal
Dalam Jihad Pribadiku (ini istilah untuk amalan-amalan harian agar terus termotivasi untuk istiqomah tidak meninggalkan tilawah, taddabur, shalat malam dan lainnya) hampir semua amalan harianku nampak beres, nampak Ok, kecuali satu hatiku. Aku sedih, bukan karena pisah dengan anakku tapi karena ukhuwah yang hampir tidak ada. Aku sedih dan sempat mempromosikan kesedihanku didunia maya dan semua teman dan kerabat akhirnya tahu ke galauanku, namun tak ada satupun yang menawarkan bantuan untuk bantu menjaga anak-anakku, terutama yang masih bayi yang harus kutinggal sendiri. Tentu saja aku tak meninggalkan si bungsu benar-benar sendiri, dia bersama nanny-nya dan jika perlu dia akan diantar ke tempat di mana jika ada yang mau bantu jaga anakku.
Namun ukhuwah yang kuharapkan sebagaimana kaum Muhajirin dan Anshor itu belum ada, itu baru dalam tataran teori, juga ayat Al Qur’an surah Al-Hujurat yang menyatakan “innama al mukminuna ikhwah” teryata juga hanya untuk dihafal dan untuk dipakai bila mau ceramah saja.
Hampir semua kawan dan kerabat menunjukkan simpati dan menulis pesan mendoakan, “semoga Allah yang menjaga karena Dia-lah sebaik-baik penjagaan.”
Ya aku juga tahu, hanya sebaiknya kan selain Allah yang jaga, ada juga kamu yang jaga… wahai ukhtina solihati saudaraku…
Yaa sebetulnya sejauh mana ukhuwah itu diterapkan ? Apakah sudah sampai pada tataran ‘”pengorbanan” -disaat seperti ini baru terpikir implementasi ukhuwah perlu dipertanyakan lagi, karena yang kurasakan ketika dalam kondisi “galau-ness” banyak orang memberikan doa yang indah-indah namun hampir tidak ada yang datang menolong dengan realita.
Ukhuwah ternyata benda mahal.
kita cuma merasa dekat dan kedekatan kita cukup hanya sampai di do’a saja, karena itu yang paling mudah dan murah…
(Janur, 13 feb 2015)