SRI Yusriani meraih penghargaan sebagai mahasiswa magister terbaik UT (Universitas Terbuka) 2024 program studi Magister Manajemen. Pada Senin, 15 Juli 2024 lalu, ia diwisuda dan memberikan sambutan sebagai mahasiswa terbaik dan juga mewakili teman-teman seangkatannya.
Sri ‘Sarah’ Yusriani atau populer dengan nama pena “Bidadari Azzam” bukan sosok baru di bidang kepenulisan dan karya populer, seperti artikel, kumpulan puisi, buku antologi, bahkan kumpulan hikmah yang merupakan refleksi perjalanan dan pengalamannya selama menetap di luar negeri.
Akan tetapi, dalam penulisan karya ilmiah, khususnya fokus pada manajemen sumber daya manusia dan juga self efficacy, tulisannya dapat kita temui di Google Scholar baru-baru ini setelah ia mulai fokus pada studi magisternya.
Ketika ditanya mengapa memilih Universitas Terbuka, wanita yang akrab disapa Riry itu mengatakan bahwa UT menawarkan fleksibilitas yang sesuai dengan kebutuhannya.
“UT sangat sesuai dengan kebutuhan saya yang harus menyeimbangkan studi, tanggung jawab keluarga, dan pekerjaan,” kata Riry dalam wawancara dengan ChanelMuslim.com, Juli 2024.
Ibu dari 6 anak ini juga sempat mengenyam pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan UT Jakarta.
“Dulu kuliah di Universitas Pendidikan Indonesia, dan UT Jakarta, lalu ikut suami kerja di Jerman. Waktu kuliah S-1 itu, betul-betul ketika ujian saja hadir, belum ada e-learning, jadi saya juga ingin memperbaikinya di S-2,” kata Riry.
baca juga: Nikmatnya Bersedekah ala Bidadari Azzam
Cerita Sri Yusriani Raih Mahasiswa Terbaik UT Meski Harus PJJ dari Denmark
Bagi Riry, UT dinilai memiliki reputasi yang baik dan juga dukungan terhadap mahasiswa.
“Saya sangat optimis, UT bagus reputasinya,” ujar perempuan yang juga aktif di lembaga yang mengurusi pengungsi di Denmark itu.
Bagi wanita yang sering berpindah negara mengikuti pekerjaan suaminya itu, UT adalah pilihan tepat baginya sebagai tempat melanjutkan studi.
“Karena saya itu mengikuti tugas suami, tiba-tiba mengerjakan suatu project untuk IT-nya di Jerman, kemudian pindah ke South Africa, dan Polandia. Saya pernah ikut ke Krakow, kemudian pindah lagi ke Kuwait, tapi kuliah saya tidak lanjut, course di bahasa Poland, hingga akhirnya saat ini tinggal di Denmark,” ujar Riry.
Di berbagai negara tersebut, ia juga mempelajari bahasa dan budaya setempat.
Seperti di Polandia, Riry juga mempelajari bahasa Polandia yang lumayan mudah untuk lidah Indonesia.
Selama tinggal empat tahun di sana sejak 2009 hingga 2013, ia sempat mengikuti matrikulasi untuk S-2 selama dua tahun di Universitas terbaik di Polandia.
Selain itu, ia juga pernah mengikuti matrikulasi di sebuah universitas di Malaysia, namun pandemi datang dan bertepatan pula suaminya berpindah kerja ke Denmark.
Setelah menetap di Denmark dan beradaptasi dengan lingkungan rumah dan sosialnya, Riry kembali merajut asa untuk melanjutkan pendidikan masternya.
“Lalu saya ikutlah S-2 program pasca sarjana UT, kembali lagi saya harus ke pendidikan jarak jauh. Waktu itu, rasanya ini waktu yang tepat bagi saya, tepat masa recovery pandemi, saya telusuri kurikulumnya, sesuai dengan kebutuhan saya dan saya melihat perspektif yang lebih luas,” jelas Riry.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Riry mengatakan, peluang untuk berkuliah di Denmark sebenarnya ada dan skema pembelajaran juga sudah disiapkan oleh Dewan Kota di tempat ia tinggal.
“Saya 18 tahun tinggal di luar negeri, waktu itu baru di Denmark, saya harus beradaptasi dengan cuaca, pendidikan anak, dan aktivitas sosial. Alhamdulillah dengan memilih UT, pendidikan saya tetap ter-cover,” ungkap Riry.
Di Denmark, Riry juga tidak sendiri, ada Coach yang siap memberikan mapping meraih goal dan melalui proses adaptasi.
“Pada awalnya, saya menemukan tantangan apa yang tidak saya suka, masuk ke S-2 UT harus beradaptasi di lingkungan yang baru, dengan pembelajaran online,” lanjutnya.
Terkait dengan proses pembelajaran di UT yang sangat dinamis dengan gap waktu yang sangat ekstrem bagi Riry, adalah tantangan lain yang harus ia lalui.
“Ketika punya goal lulus tepat waktu, saya berusaha konsisten membagi waktu belajar, apalagi dengan segudang peran, kapasitas profesi, dan aktivitas sosial lainnya,” kata Bunda dari Azzam ini.
Ia bercerita, bagaimana teman-teman kuliahnya sangat membantu dia selama kuliah, antara lain dengan mengingatkan sebelum waktu kuliah.
“Time zone gap benar-benar besar dampaknya, saya ibarat menangis darah dan air mata karena kuliah jam 01.30 malam,” kisah Riry.
Namun, bukan Riry namanya ketika ia ingin meraih suatu goal, maka ia menatanya dan melalui setiap prosesnya dengan sebaik-baiknya dengan manajemen waktu yang baik.
“Kalau kita tidak mengutamakan meraih goal, itu tidak jadi. Saya selalu menanamkan, bahwa saya utamanya adalah student di UT. Otomatis, belajar yang utama, saya harus menjaga ritme belajar, menghindari penumpukan tugas,” kata Riry yang mempunyai motto saat kuliah: happy learning, happy working, and happy researching.
Dengan usahanya itu, ia meraih predikat menjadi Mahasiswa Terbaik Prodi Manajemen S-2 UT.
“Saya selalu berpikir harus belajar memiliki waktu yang lebih baik lagi. Bukan diri pribadi kita yang mengatakan kita yang terbaik, tapi tentu saja itu berdasarkan kalimat-kalimat dari para gurunda kita,
dari dosen pembimbing yang mengajar kita secara langsung. Saya bersyukur kalau predikat itu disematkan kepada saya, saya mesti selalu memperbaiki diri, manajemen waktu saya,” tutupnya.[ind]