Chanelmuslim.com – Kerjaanku yaa gitu aja deh, travelling, training, meeting, bonding, cooking, reading and sleeping. Hobi yang akhirnya jadi kerjaan atau kerjaan yang lama-lama jadi hobi. Aku senang training orang, karena setelah bicara aku jadi mikir dan jadi melaksanakan apa yang kukatakan.
Hati yang paling dekat dengan mulut kita adalah hati kita sendiri, maka yang harus berubah atas kata-kata kita sebagai trainer, murrobi, guru, ustad adalah hati kita sendiri dulu. Anak itu gak perlu pendidikan ini itu, mereka perlu lingkungan dan qudwah (teladan).
Baca Juga: Hobi Mahal Warga Saudi, Pelihara Elang untuk Berburu
Hobi Jadi Kerjaan atau Kerjaan Jadi Hobi
Jadi balik lagi yang mesti baik adalah diri sendiri dulu, maka orang lain akan mengikuti. Belajar dari sirah, orang-orang hebat, gimana mereka menaklukan 2/3 dunia. Belajar dari orang yang sudah mati, yang sudah teruji kehebatannya dalam menjalani kehidupan.
Bukan dari orang yang masih hidup yang belum teruji akhir hidupnya kayak gimana. Teko hanya mengeluarkan isinya, tak ada isi tak ada yang keluar. Jadi wajar bila guru/murrobi/alim ulama/ustad harus terus belajar, agar banyak isinya. Kalau jabatan kita bikin kita lebih jumawa, lepaskan saja.
Guru dengan murid; bagai tongkat dengan bayang bayangnya, bagaimana mungkin kau harapkan bayang-bayangnya lurus bila tongkatmu bengkok? Sekilas peristiwa pada satu weekend di Mega Mendung.
- Hal jazaa ul ihsaani ilal ihsan
- Fanta shiru fiil ardh
- wa laa taiasu murrohillah
- Faf sahu yafsahillaahu lakum
“Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh.
Sebaliknya, barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun.” (HR. Muslim no. 1017) (w)