SEKOLAH Pemikiran Islam (SPI) Jakarta Angkatan 13 melangsungkan kuliah tentang perang pemikiran (ghazwul fikri) pada Rabu (09/08/2023), di Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) Kalibata, Jakarta Selatan.
Pada kesempatan tersebut, Akmal Sjafril menerangkan bahwa usaha untuk meruntuhkan peradaban Islam akan terus dilakukan, sesuai dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Al-Baqarah ayat 120.
Di dalamnya, tersirat ancaman bagi umat Islam yang mengikuti Yahudi dan Nasrani. Alasan dituliskannya kedua kaum tersebut karena mereka tergolong ke dalam ahlul kitab yang paling dekat dengan Islam.
Baca Juga: SPI Jakarta 13 Resmi Dimulai: Respon Intelektual Tantangan Pemikiran Islam
SPI Jakarta: Al-Quran Mengancam Umat Muslim yang Mengikuti Yahudi dan Nasrani
“Jika yang dekat saja tidak boleh diikuti, apalagi yang jauh,” ungkapnya.
“Bentuk ghazwul fikri yang paling sederhana adalah kata-kata. Setiap kata mewakili konsep. Setiap konsep mewakili pemikiran,” jelas Akmal.
Peneliti INSISTS ini menambahkan beberapa contoh kata-kata yang merepresentasikan perilaku tercela tetapi diubah agar terdengar lebih indah, seperti gay dan kaum pelangi.
Ia menambahkan, “Dulu, pelaku sodomi tidak disebut gay. Karena arti sebenarnya gay itu adalah bahagia.”
Media massa diindikasi sebagai modus pertama ghazwul fikri. “Media punya kekuatan pengulangan. Jika terus diulang, maka orang akan percaya,” ucap Akmal sambil menunjukkan dua media yang memuat berita aksi 212 dengan sudut pandang berbeda.
“Lihat saja, ketika kata makar terus diulang, orang akan percaya bahwa aksi ini dipenuhi oleh makar,” sambungnya.
Beberapa masalah bersumber dari UIN dipaparkan oleh Akmal sebagai bentuk modus kedua ghazwul fikri, yaitu pendidikan.
Salah satunya disertasi mahasiswa S3 UIN Sunan Kalijaga yang menganggap pelaku zina tidak sepantasnya dikucilkan. Hukuman terhadap pelaku zina yang dianggap terlalu berat dijadikan latar belakang penulisan.
Pada disertasi ini, terminologi zina diperhalus menjadi hubungan seksual nonmarital. Akmal dengan tegas mengatakan bahwa pembenaran yang disampaikan oleh penulis disertasi terhadap perilaku zina di awal sudah salah. Sangat jelas diatur dalam Islam, zina adalah perbuatan terlarang.
Selain media massa dan pendidikan, pria berdarah Minangkabau ini mengutarakan bahwa modus terakhir adalah hiburan.
Ia menyebutkan nama H. Muhidin, salah satu tokoh dalam serial televisi Tukang Bubur Naik Haji. Sikap yang dilekatkan kepada H. Muhidin sangat bertolak belakang dengan kondisi seharusnya. Jika keseharian tokoh tersebut senantiasa diisi dengan ibadah, maka akan tercermin sikap yang bersih dari riya’, iri, dengki, dan sombong.
Akmal juga menyampaikan, “aspek pemikiran menunjukkan bahwa ghazwul fikri hanya bisa dimenangkan dengan ilmu. Jika perang fisik membuat kita menjadi syuhada, perang pemikiran bisa membuat kita menjadi boneka.”
Ia juga menyelipkan ungkapan Rektor Universitas Darussalam Gontor, Hamid Fahmy Zarkasyi, bahwa beriman harus pada level intelektual.
Syifa, murid SPI Jakarta Angkatan 13 asal Jakarta menyetujui pentingnya memahami ghazwul fikri.
“Allah sudah memberikan kita akal untuk berpikir. Jangan sampai pemikiran-pemikiran yang jauh dari nilai Islam justru merusak akal kita dan perlahan menggeser pemikiran yang benar.”
Sebagai usaha untuk memenangkan perang pemikiran, ia berharap bahwa setiap umat Islam dapat membekali diri dengan ilmu.
Penulis: Yusti Qomah
[Ln]