SAMARA Musikal diselenggarakan pada Sabtu (23/8/2025) di Balai Kartini, Jakarta.
Pada sesi pertama, penonton diajak menyelami perasaan terdalam melalui musikal teater oleh Kunto Aji, lalu diikuti dengan materi dari Ustaz Sonny Abi Kim, tadabbur Al-Qur’an yang menyentuh hati bersama Ustaz Bilal Attaki, dan ditutup sharing session bersama Ustaz Sonny Abi Kim.
Samara Musikal hadir bukan sekadar sebagai hiburan, tapi ruang perenungan dan penyembuhan jiwa.
Luka adalah bagian tak terhindarkan dari hidup. Ia datang tanpa permisi, menembus pertahanan logika, bahkan menimpa mereka yang paling taat sekalipun.
Ya, bahkan para nabi pernah merasakan luka. Maka, siapa kita hingga berharap hidup tanpa rasa sakit?
Dalam sesi tersebut, Ustaz Sonny Abi Kim menekankan bahwa luka adalah keniscayaan, tetapi penderitaan adalah pilihan.
Luka bisa menjadi ruang tumbuh atau jurang jatuh, semua bergantung pada bagaimana kita menyikapinya.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Secara umum, manusia merespons luka dalam tiga cara.
Pertama, Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD), yakni jatuh dan tak mampu bangkit. Kedua, Recovery to Normal, kembali ke kondisi semula. Dan ketiga, Post-Traumatic Growth, mereka yang justru tumbuh lebih kuat dan lebih dalam secara spiritual setelah terluka.
Sebagaimana disampaikan oleh Imam Ibnul Qayyim, kesedihan adalah celah masuknya setan.
Ia melemahkan semangat, meredupkan cahaya hati, dan menjadi alat paling disukai setan untuk menjatuhkan orang beriman.
Sedangkan menurut Imam Syafi’i, ketika hati terlalu berharap pada makhluk, Allah timpakan luka agar kita kembali menggantungkan harapan hanya kepada-Nya.
Samara Musikal 2025, Ustaz Sonny Abi Kim Bawakan 3 Jurus Membasuh Luka
Untuk membasuh luka itu, Sonny Abi Kim memperkenalkan pendekatan 3M: Mengaku, Mengadu, dan Menyibukkan diri dalam amal saleh.
Pertama, Mengaku—berani mengakui rasa sakit, nikmat, dan dosa. Mengakui bukan kelemahan, tapi langkah awal untuk pulih.
Kedua, Mengadu—menuangkan seluruh rasa kepada Allah. Doa Nabi Ayyub dan Nabi Yunus menunjukkan bahwa curhat pada Allah adalah bagian dari iman yang jujur.
Ketiga, Menyibukkan diri dalam amal saleh—karena hati yang dipenuhi kebaikan tidak punya ruang untuk merawat luka terlalu lama.
Samara Musikal bukan hanya pertunjukan seni, tapi perjalanan spiritual.
Baca juga: Menjadi Happy Parents dengan Berlapang Dada Bersama Sonny Abi Kim
Sebuah ruang untuk mengakui luka, mengadu kepada Tuhan, dan menyembuhkan diri melalui amal, doa, dan refleksi Al-Qur’an.
Dalam kalimat istirja’ (“Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”), kita diajak menerima setiap luka dengan lapang dada.
Sebab, sikap terbaik seorang beriman adalah mengkonversi setiap keadaan menjadi amal saleh.
Karena sesungguhnya, luka sering kali adalah anugerah yang menyamar.[Sdz]