DOMPET Dhuafa menggelar acara Kick Off 60 Kawasan Mandiri & Berdaya (MADAYA) bertempat di Rumah Wijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Jumat (14/4/2023).
Acara ini juga sekaligus sebagai ajang diskusi diikuti oleh berbagai pihak denga tema: Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat Melalui Optimalisasi Sumberdaya Lokal yang Terintegrasi dan Berkelanjutan.
Baca Juga: LPM Dompet Dhuafa Meriahkan Ramadan dengan Adakan Pesantren Kilat di Lapas Kelas II A Paledang Bogor
Berdayakan Masyarakat, Dompet Dhuafa Buka Kolaborasi Bangun 60 Kawasan Masyarakat Berdaya
Hadir sebagai pembicara dalam acara ini, Rahmad Riyadi selaku Ketua Pengurus Dompet Dhuafa, Bambang Suherman selaku Direktur Program Dompet Dhuafa, Ramli Usman selaku Pendamping Program Desa Kopi Sinjai, Rizki Oktavianus selaku Manager Umum & TJSL PT. Kimia Farma, serta turut mengundang lembaga-lembaga amil zakat dan awak media.
Pada kesempatan tersebut, Rahmad Riyadi menyampaikan, program ini merupakan upaya Dompet Dhuafa dalam menyalurkan dana masyarakat dengan lebih efektif melalui cara pemberdayaan.
Pada saat ini, pemberdayaan ditingkatkan dan dimaksimalkan agar bisa menjangkau lebih luas, yaitu dalam bentuk sebuah Kawasan Madaya.
Kawasan Madaya dikembangkan sebagai program multi tematik meliputi 5 pilar, yaitu ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, budaya, dan dakwah.
Khusus pada pemberdayaan ekonomi, kawasan yang diberdayakan adalah kawasan yang memang memiliki syarat-syarat yang bisa dikembangkan dan bisa berkelanjutan.
“Pada pemberdayaan ini yang Dompet Dhuafa tekankan adalah bagaimana nilai tambah dari sektor riil itu bisa konkret dan memberikan dampak pada masyarakat,” terang Rahmad.
Kawasan Madaya Dompet Dhuafa melakukan pendekatan intensifikasi program pemberdayaan masyarakat berbasis kawasan yang telah ditetapkan perimeternya, baik berbasis geografi ekologis maupun administratif pemerintahan.
Kawasan ini nantinya juga akan menjadi kawasan tanggap bencana dan model bagi pengelolaan berbasis kesadaran lingkungan dan adaptasi perubahan iklim.
Implementasinya, program ini menggunakan metode pendekatan filantropreneurship, yaitu program degan 3 tahapan: Pendampingan mustahik, penguatan kelembagaan kemitraan, dan aliansi nasional sosial enterprise.
Kawasan pertama yang diinisiasi adalah kawasan pemberdayaan ekonomi yang memberikan kepastian terbentuknya sumberdaya bagi pembiayaan program tematik lainnya.
Selanjutnya kawasan dikembangkan menjadi kawasan pendidikan, khususnya pendidikan fungsional yang berhubungan langsung dengan komoditas ekonomi yang dikembangkan.
Setelah itu dilanjutkan dengan pengembangan program pendidikan berbasis institusi pendidikan formal yang ada di lokasi kawasan.
Tahap setelah itu adalah pengembangan kawasan sehat, di mana seluruh kawasan dikelola dengan penguatan perilaku sehat masyarakat berbasis promotif, preventif dan kuratif.
Program kesehatan Ini bekerja sama dengan faskes yang terdapat di lokasi kawasan untuk mengelola 10 isu kesehatan Indonesia, dan bertujuan menghasilkan kader-kader sehat di kawasan.
Pengembangan terakhir adalah kawasan pengembangan lingkungan dan budaya. Dalam program ini, kesadaran lingkungan berbasis adaptasi terhadap perubahan iklim dan kesiagaan bencana dikembangkan menjadi sistem sosial di masyarakat.
Selain itu, juga menggunakan pendekatan budaya lokal yang memperkuat akar kekeluargaan dan ikatan sosial masyarakat.
Terdapat 14 indikator capaian sehingga dapat dikatakan sebagai Kawasan Madaya, yaitu:
1.SDM Terampil mengelola komoditas
2.Kelompok Pemberdayaan
3.Kelembagaan Ekonomi Masyarakat
4.Pusat Belajar Masyarakat
5.Sekolah Bintang
6.Kader Pendidikan
7.Penyelesaian Isu kesehatan
8.Jumlah Kader sehat
9.Peta Kesehatan Masyarakat
10.Pertumbuhan aset wakaf
11.Kawasan tanggap bencana
12.Kelembagaan kearifan budaya
13.Valuasi Aset wakaf Produktif
14.Revenue wakaf
Hingga saat ini, sudah ada 24 kawasan yang dibina oleh Dompet Dhuafa, tetapi masih dengan temanya masing-masing.
Belum ada yang mencakup kelima tema/pilar dengan 14 indikator di atas. Sehingga, ke-24 kawasan ini lah nantinya yang akan dikembangkan lebih dulu menjadi Kawasan Madaya, kemudian menyusul 36 kawasan lainnya.
“Sebelumnya, Dompet Dhuafa telah berhasil menjalankan program pendayagunaan zakat berbasis spot dan isu kemiskinan.
Jumlah program cukup banyak dan tersebar di banyak titik.
Akibatnya adalah sebaran program hanya mampu mengubah tema per tema, skala perubahannya pun kecil-kecil. Untuk kawasan pemberdayaan sendiri Dompet Dhuafa saat ini memiliki 24 kawasan binaan, namun masih secara tematik,” terang Bambang, Direktur Program Dompet Dhuafa.
Di antara porofolio program pemberdayaan Dompet Dhuafa berbasis kawasan yang hingga kini terus berkembang adalah: Program Kopi Solok Sirukam, Sumatera Barat; Sekolah Literasi Indonesia (SLI) di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan dan Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT; Kawasan Sehat Desa Gili Gede Indah, Lombok Barat, NTB yang berkolaborasi dengan PT. Kimia Farma.
Rizki Oktavianus selaku Manager Umum & TJSL PT. Kimia Farma mengatakan, “Kami memiliki komitmen bahwa kami terus memberikan kualitas kesehatan kepada masyarakat.
Kami senang sekali bertemu dengan Dompet Dhuafa membuat program yang bernama Kawasan Sehat yang letaknya ada di Gili Gede, Lombok.
Di sana kami sediakan sebuah kapal yang bernama Klinik Apung untuk memberikan layanan kesehatan ke pelosok-pelosok pulau kecil yang sulit terjangkau.”
Semakin bergulirnya waktu, semakin banyak pula program yang digulirkan di kawasan ini. Bahkan, bukan hanya bidang kesehatan saja, tetapi juga kegiatan sosial maupun lingkungan.
Sampai saat ini, Kimia Farma dan Dompet Dhuafa terus melakukan komunikasi untuk terus mengembangkan kawasan ini menjadi sebuah kawasan yang terintegrasi, bukan hanya pada sektor kesehatan saja, namun juga dengan pendidikan, ekonomi, sosial budaya, dan dakwah.
Pendamping Program Desa Kopi Sinjai, Daeng Ramli turut menceritakan kisahnya bersama Dompet Dhuafa menggugah warga Sinjai.
Bermula dari keresahannya pada tahun 2015, yang saat itu ia bekerja dengan tugas memperkenalkan sebuah produk kopi. Tercetus dalam benaknya bersama teman-temannya,
“Lah kok kita mengenalkan kopi orang, sedangkan kita sendiri punya kopi khas daerah kita sendiri.”
Akhirnya pada tahun 2017, ia bersama teman-temannya memutuskan untuk kembali ke daerah asalnya di Sinjai untuk memulai mengenalkan dan mengembangkan pemberdayaan kopi khas Sinjai.
Mulanya yang diberdayakan ada 3 petani kopi, kemudian bertambah menjadi 5, bertambah lagi menjadi 10, bertambah lagi menjadi 22, kemudian 40, dan sekarang ada 52 petani.
“Kami ajarkan para petani kopi bagaimana memproses biji kopi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi,” jelasnya.
Untuk mewujudkan Kawasan Madaya ini, tentu Dompet Dhuafa tidak dapat bekerja sendirian.
Kolaborasi serta masukan-masukan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk berhasil mencetak muzakki-muzakki baru dari yang sebelumnya mustahik.
“Semaksimal mungkin, kita bisa menggandeng berbagai pihak sehingga kita berharap dari sistematika yang ada, program ini dapat menjangkau banyak daerah yang mungkin sekarang potensi sudah ada namun hanya perlu sentuhan pemberdayaan dan pendampingan,” kata Rahmad.
“Ini tidak dirancang ekslusif hanya bagi Dompet Dhuafa, tetapi kami membuka ruang bagi semua pihak, termasuk mahasiswa-mahasiswa yang sedang melakukan penelitian atau komunitas-komunitas marjinal,” imbuh Bambang. [Cms]