SENI mengajukan pertanyaan merupakan salah satu basic counseling skill yang harus dimiliki oleh seorang Konselor. Untuk bertanya, memerlukan ilmu dan seni.
Konselor Keluarga Cahyadi Takariawan menjelaskan bahwa meskipun bertanya merupakan teknik yang penting dalam konseling, namun tidak bisa dilakukan dengan gegabah dan sembarangan.
Ivey & Ivey (2003) menyampaikan ada lima contoh kasus yang bermasalah dalam megajukan pertanyaan.
1. Bombardment/grilling
Konselor mengajukan terlalu banyak pertanyaan, secara berurutan. Dampaknya, klien merasa diinterogasi saking banyaknya pertanyaan. Klien dibuat lelah dan jenuh oleh banyaknya pertanyaan.
2. Multiple questions
Konselor mengajukan beberapa pertanyaan sekaligus, tanpa jeda.
Misalnya, “Tolong ceritakan riwayat diri Anda, berapa umur Anda, di mana Anda lahir, di mana Anda tinggal, apakah Anda punya anak, dan apa pekerjaan Anda?” Klien akan kebingungan menjawabnya.
Baca Juga: Mengenal Teknik Attending dalam Konseling
Seni Mengajukan Pertanyaan
3. Questions as statements
Konselor menggunakan pertanyaan sebagai cara untuk menyampaikan/memaksakan kesimpulan dengan sudut pandangnya.
Misalnya, “Berarti, suami Anda sudah berubah menjadi lebih baik kan?” Padahal sejak awal klien sudah menyatakan suaminya tidak berubah.
4. Questions and cultural differences
Konselor perlu memahami kultur klien. Bisa jadi, konselor bertanya hal yang menurutnya wajar, namun dalam budaya klien, hal itu dianggap tidak etis.
Bisa juga terkait dengan cara mengajukan pertanyaan yang dianggap terlalu vulgar dalam pandangan suatu budaya.
5. Why questions
Konselor terlalu banyak mengajukan pertanyaan mengapa. M
isalnya “Mengapa Anda melakukan tindakan itu? Mengapa Anda tidak mencoba menghindar? Mengapa Anda tidak segera meminta maaf…”
Mari berlatih membuat daftar pertanyaan yang elegan.[ind]
Bahan Bacaan
Allen E. Ivey, Mary B. Ivey, Carlos P. Zalaquett, Intentional Interviewing and Counseling: Facilitating Client Development in a Multicultural Society, Cengage Learning, 2013