ChanelMuslim.com – Mengubah self harm menjadi self love. Menyakiti orang lain memang tidak diperbolehkan, tapi bukan berarti boleh menyakiti diri sendiri. Self harm atau menyakiti diri sendiri sering menjadi pilihan seseorang untuk melampiaskan emosi negatif yang muncul.
Self harm merupakan perilaku apapun yang menyebabkan rasa sakit atau cedera yang disengaja pada diri sendiri tanpa ingin mati.
Mengubah Self Harm jadi Self Love
Baca Juga : 4 Manfaat Ampas Teh untuk Kecantikan, Bisa Bikin Awet Muda
Self harm adalah menyakiti diri sendiri secara sengaja tanpa berniat untuk bunuh diri dengan tujuan yang tidak disetujui secara sosial. Alasan melakukan self harm berbeda-beda bagi tiap orang karena faktor yang melatarbelakangi self harm bersifat personal.
Menurut Ns. Winda Ratna Wulan, M.Kep., Ns., Sp.Kep.J, ada dua alasan utama yang mendasari mengapa seseorang melakukan self harm.
“Pengalaman masa kecil dan pola asuh. Ketika perasaan negatif menumpuk akhirnya ia menahan emosi. Ketika orang lain memberikan respon yang kurang baik, respond seperti itu tanpa disadari membuat seseorang menjadi tidak terbiasa mengeluarkan emosi akhirnya yang melakukan self harm,” ujar Winda dalam Kuliah Wakaf Salman ITB, Sabtu (13/2/2021).
Winda mengatakan mungkin awalnya biasa saja, namun ketidakkuatan dalam pengekspresian emosi, sulitnya beban berat yang tidak bisa diungkapkan oleh kata-kata, bisa menjadi sinyal bahwa orang itu membutuhkan perhatian. Ada perasaan tenang dan senang. Senyawa di otak ternyata ikut memengaruhi dan rasa sakit adalah pilihannya. Menyakiti diri sendiri adalah pilihan yang lebih baik, mungkin itu yang dipikirkannya.
Perilaku menyakiti diri sendiri juga dapat dilandasi oleh kenangan masa lalu, ada keinginan untuk mengalihkan perhatian, lanjut Winda.
“Orang bermotif ini biasanya akan memamerkan perilaku self harm-nya, baik itu di kehidupan nyata maupun di dunia maya. Dengan harapan, setelah dia melakukan hal tersebut, ia akan ditanya oleh lingkungan sekitarnya. Ketika dia mendapat perhatian itu, dia menjadi senang,” tutur Winda.
Alasan seorang melakukan self harm karena respon terhadap kesusahan dari penyakit mental, trauma, atau secara psikologis dia merasa sakit. Orang itu lalu menemukan bahwa rasa sakit fisik menyakiti diri sendiri bisa meredakan sakit emosional, namun bersifat sementara.
Self harm dalam Perspektif Islam
Mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum melukai diri sendiri adalah haram. Hal ini karena perbuatan melukai diri termasuk aniaya, yang bisa mendatangkan mudharat tanpa ada manfaatnya.
Allah swt berfirman dalam QS. Al Baqarah ayat 54.
Menurut Winda, sulit untuk mendeteksi orang yang suka melukai diri sendiri karena mereka melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Namun, ada beberapa tanda self harm yang sering terjadi.
Menyakiti diri dapat dilakukan secara fisik, misalnya dengan mencakar, menyayat, memukul, menggigit, membenturkan kepala ke dinding, menarik rambut, menelan sesuatu yang berbahaya, atau overdosis zat tertentu.
Menyakiti diri sendiri juga dapat dilakukan secara halus, misalnya tidak memerhatikan kondisi fisik, tidak memedulikan kebutuhan emosional, dan menempatkan diri pada situasi yang berbahaya.
Umumnya, menurut Winda, ada beberapa faktor penyebab terjadinya self harm, di antaranya: depresi/kecemasan, keterampilan komunikasi yang buruk, rendah diri, keterampilan pemecahan masalah yang buruk, keputusasan, impulsivitas, penyalahgunaan narkoba atau alkohol, penindasan, tekanan akademis, kesulitan keluarga, kekerasan, kehilangan/tekanan kelompok sebaya – meniru tindakan menyakiti diri sendiri, penyakit kejiwaan, dan faktor yang berhubungan dengan seksualitas.
Winda Ratna Wulan menuturkan siklus self harm muncul saat perasaan emosi meluap-luap dan tidak mampu diolah. Akhirnya, dia mencari solusi mencoba respon perilaku self harm yaitu menyakiti diri sendiri.
“Menurutnya, dengan cara itu, ia merasa baik namun hanya sementara. Setelah ia sadar, ia akan merasa bersalah/malu dan merasa kewalahan, dan terus dia akan kembali ke siklus itu,” jelas Winda.
Akibat sering melakukan self harm, seseorang akan menderita luka fisik, melakukan berulang kali, luka parah, bahkan mengancam jiwa, merasa tidak bisa mengendalikan diri dan memutuskan bunuh diri. Lalu bagaimana cara mengatasi self harm?
Menurut Nurse Winda, orang yang memiliki perilaku self harm bisa dicegah dilakukan dengan manajemen self harm, dan sebaiknya segera menemui tenaga profesional untuk ditangani dan dicari tahu akar permasalahan atau pemicu awalnya.
Dalam menajemen self harm, ada dua cara yang dapat dilakukan.
“Untuk mengatasi self harm, seseorang itu dapat melepaskan amarahnya, tidak perlu melukai diri sendiri, melepaskan amarah, mencari ketenangan, melatih mindfulness, menghilangkan rasa bersalah, mencari fokus baru dan mencari kesibukan,” ungkapnya.
Lalu, cara manajemen self harm yang kedua, lanjut Winda, adalah dengan cara menceritakan pengalaman self harm kepada orang yang tepat.
“Persiapkan diri sebelum bercerita, memilih orang yang tepat, tidak harus dekat tapi harus objektif saat berbicara dan menenangkan,” tutupnya.[ind/Walidah]