MARKISA merupakan sumber vitamin yang baik, terutama vitamin A dan C. Dalam setiap 100 gram daging buah markisa kuning terdapat vitamin A sebanyak 2.410 IU yang berarti telah memenuhi 48,2% kebutuhan tubuh terhadap vitamin A setiap hari.
Buah markisa memiliki kandungan gizi sangat luar biasa, di mana bagian yang dapat dimakan kira-kira mencapai 48% dari bobot buah, sisanya berupa kulit dan biji.
Vitamin A sangat diperlukan tubuh untuk mencegah penyakit mata, pertumbuhan sel, sistem kekebalan tubuh, reproduksi, serta menjaga kesehatan kulit.
Baca juga: Bentuk yang Eksotis, Keunggulan Buah Manggis Ada Pada Kulitnya
Buah Markisa Jadi Sumber Vitamin A dan C
Kandungan vitamin C pada buah markisa juga cukup tinggi, yaitu 18,2 mg per 100 gram pada markisa kuning dan 29,8 mg per 100 gram pada markisa ungu.
Vitamin C dikenal sebagai senyawa utama tubuh yang dibutuhkan dalam berbagai proses penting dalam tubuh.
Markisa juga kaya akan betakaroten. Betakaroten adalah jenis antioksidan yang dapat berperan penting dalam mengurangi konsentrasi radikal peroksil.
Selain vitamin, markisa merupakan sumber niasin dan riboflavin yang baik bagi tubuh. Beberapa penelitian membuktikan bahwa niasin memberikan perlindungan bagi tubuh terhadap serangan kanker terutama kanker kerongkongan.
Kandungan passiflorine pada markisa sangat bermanfaat menenteramkan urat saraf. Glikosida passiflorine pada markisa bersifat sedatif, sehingga dapat digunakan sebagai tonik penenang (menurunkan ketegangan saraf, menenangkan sebagai tonik penenang penderita insomnia).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Markisa juga mengandung skopolatin, diketahui dapat mengikat serotonin. Skopolatin dapat meningkatkan kegiatan kelenjar pineal yang terdapat di dalam otak, yang merupakan tempat serotonin diproduksi dan kemudian digunakan untuk menghasilkan hormon melatonin.
Di dalam otak, serotonin berperan sebagai neurotransmitter hormon melatonin. Serotonin dan melatonin membantu mengatur beberapa kegiatan tubuh, seperti tidur, regulasi suhu badan, suasana hati (mood), masa pubertas, siklus produksi sel telur, rasa lapar, dan perilaku seksual.
Kekurangan serotonin dalam tubuh dapat mengakibatkan penyakit migren, pusing, depresi, bahkan juga penyakit Alzheimer. [Din]