BUDAYA masyarakat yang gemar banyak makan makanan manis saat berbuka puasa menjadi salah satu tantangan dalam menghadapi obesitas.
Budaya-budaya (makan manis) dalam masyarakat, kalau kita tidak tahu (bahayanya) itu bisa berpotensi untuk kemudian terjadinya kondisi-kondisi daripada penyakit tidak menular.
Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) milik Kementerian Kesehatan, pada tahun 2023 prevalensi obesitas pada penduduk di atas usia 18 tahun sebesar 23,40 persen.
Baca juga: Apakah Menggunakan Obat Tetes Mata dapat Membatalkan Puasa
Makanan Manis saat Berbuka Puasa jadi Tantangan dalam Menghadapi Obesitas
Angka tersebut naik dari tahun 2007 yakni 10,50 persen. Beberapa faktor yang menyebabkan tren obesitas terus meningkat yakni gaya hidup yang malas bergerak hingga pola makan yang tidak teratur.
Obesitas juga diketahui dapat menjadi pencetus dari sejumlah penyakit tidak menular seperti stroke, penyakit jantung iskemik, PCOS, diabetes hingga hipertensi.
Sebagai langkah mengendalikan obesitas, Kementerian Kesehatan menjalankan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 63 Tahun 2015 tentang Perubahan Permenkes Nomor 30 Tahun 2013 terkait pencantuman informasi kandungan gula, garam, lemak untuk pangan olahan dan pangan siap saji.
Kementerian Kesehatan juga memasifkan pesan kesehatan tentang batas maksimum konsumsi gula, garam dan lemak per orang per hari.
Budaya makan makanan manis dapat terlihat ketika memesan minuman berupa teh di tempat makan. Kebanyakan orang tidak peduli apabila minuman yang datang berupa teh manis dengan gula yang cukup banyak.
Kebiasaan lainnya yakni langsung memakan makanan manis secara berlebihan sebagai bentuk pelampiasan atas rasa lapar karena berpuasa.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Makanan manis itu bisa berupa takjil seperti es buah ataupun kolak yang rasanya amat manis. Masyarakat tetap dapat mencicipi takjil yang manis, selama makanan itu tidak dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan.
Termasuk dalam mengonsumsi makanan asin. Ia menyoroti seringkali makanan yang dimasak di rumah rasanya cenderung asin karena dimasak dalam porsi yang besar.
Masyarakat pun diingatkan agar dapat mengatur konsumsi gula, garam dan lemak agar tetap dalam batas yang wajar, yakni empat sendok makan gula per hari, satu sendok teh garam per hari dan lima sendok makan minyak untuk asupan lemak per hari. [Din]