BERANI karena benar tentu juga berlaku buat anak-anak. Karena apa yang ditanam sejak kecil, akan terbawa saat dewasa.
Belum lama ini, ada berita kriminal di sebuah daerah yang viral. Seorang penjambret hape gagal melakukan aksinya karena mendapat perlawanan dari korbannya yang masih SD.
Suatu kali, beberapa siswi SD sedang berkumpul di pinggir jalan umum. Masih dengan seragam, mereka seperti sedang membicarakan sesuatu.
Salah seorang dari mereka tampak memegang hape. Dan hal itulah yang menarik perhatian seorang pria dewasa untuk merampas hape tersebut.
Di luar dugaan sang penjambret, anak wanita itu melawan meskipun teman-temannya berlarian karena takut. Ia menarik baju si penjambret yang beraksi sendirian, sehingga si penjambret kesulitan kabur setelah berhasil merampas hape.
Sementara, siswi-siswi lainnya tidak sekadar kabur. Mereka berteriak-teriak ke sekitar untuk meminta tolong. Akhirnya, si penjambret gagal merampas hape dan berhasil ditangkap warga.
Ajarkan Anak Berani
Salah satu modus kejahatan adalah menyasar ke pihak yang lebih lemah. Bisa korbannya wanita atau juga anak-anak.
Jika kenyataannya, pihak yang dianggap lemah itu melakukan perlawanan, maka penjahat akan panik atau setidaknya mengalami hambatan.
Soal sikap berani ini, tentu tidak berarti menganggap remeh risiko balasan dari penjahat. Atau menganggap lebih mahal harta daripada keselamatan diri, terlebih lagi anak.
Tapi, keberanian harus terlebih dahulu dimunculkan dan ditanamkan pada anak sebelum menyerah dengan keadaan.
Setidaknya, anak-anak berani berteriak jika kejadiannya di tempat umum. Atau, adanya keberanian untuk melarikan diri dengan tidak panik.
Anak yang Berani karena Orang Tuanya Berani
Hati-hati memberikan reaksi natural atau apa adanya di depan anak-anak. Karena apa yang disikapi orang tua, akan diserap mentah-mentah oleh anak.
Jika orang tua sudah panik dan takut mendengar kabar kasus penculikan, maka anak-anak yang melihat keadaan ortu itu pun akan bereaksi yang sama. Bahkan mungkin lebih takut lagi.
Jika ada perasaan takut dan was-was, boleh-boleh saja karena hal itu wajar. Tapi, jangan diperlihatkan di depan anak-anak. Apalagi dengan ekspresi menakut-nakuti anak.
Ajarkan sikap berani pada anak. Yaitu, dengan menghadapi apa pun keadaan buruk yang mungkin akan terjadi di tempat umum. Karena ortu tidak mungkin dua puluh empat jam bersama anak-anak.
Perlihatkan sikap wajar dan berani ketika anak-anak mendapati hebohnya kasus kriminal seperti penculikan.
Ajarkan kepada mereka bagaimana ‘melawan’ orang jahat di tempat umum. Tentu tidak mengajarkan cara nekat seperti menantang, melainkan bagaimana yang bisa dilakukan agar kejahatan bisa dicegah.
Meskipun pengajaran ini tidak serta merta menjadikan anak berani dan hebat. Tapi, setidaknya bisa mengkondisikan anak-anak untuk tetap bersikap wajar dan tidak berubah menjadi anak penakut. [Mh]