NABILA Ishma sosok wanita yang aktif di dunia fashion serta kegiatan sosial ini membagikan sebuah tulisan refleksi pikiran dan hatinya tentang kehilangan.
Wanita yang juga fokus pada isu-isu anak-anak Indonesia ini sempat banyak dikenal oleh publik karena kedekatannya dengan almarhum Emmeril Kahn Mumtadz, anak Ridwan Kamil.
Setelah mengalami banyak kehilangan di waktu yang berdekatan Nabila akhirnya memahami hikmah kehilangan yang telah Allah berikan kepadanya selama ini.
Baca Juga: Kehilangan Waktu Bersama Anak
Refleksi Pikiran dan Hati Nabila Ishma Tentang Kehilangan
Dalam akun instagramnya ia menuliskan refleksi hati dan pikirannya sebagai berikut:
“Kehilangan seakan menjadi sebuah hal yang tidak asing bagiku. Berkali-kali aku dihadapkan dengan kehilangan entah siapa, kapan, dan bagaimana caranya. Yang pasti, setiap kehilangan selalu memiliki luka yang dalam.
Puncaknya dari kehilangan yang aku rasakan terjadi dalam kurun waktu satu tahun. Awal 2021 lalu, Alla mengambil salah satu sepupu dekatku. Kemudia di pertengahan 2021, Allah mengambil kakek dan nenek terpaut 5 hari di saat kami harur berjuang di tengah meningkatnya angka Covid Delta.
Belum sembuh luka dan traumaku, Allah mengambil seseorang yang sangat aku sayangi yang telah mendampingiku melewati setiap proses kehilangan sebelumnya.
Pertanyaan-pertanyaan mulai muncul. “Mengapa Allah mempertemukan jika kemudian dipisahkan? Mengapa harus aku yang mengalami? Mengapa harus mereka yang diambil? Mengapa harus di saat itu?”
Lalu, semua orang seakan menuntutku untuk segera ikhlas.
Rasanya sulit untuk mampu merelakan di saat pikiranku masih penuh pertanyaan dan hatiku masih diselimuti dengan luka yang mendalam.
Rasanya ikhlas bukan sesuatu yang dapat dipaksakan namun proses yang harus dilewati untuk menemukan sebuah jawaban.
Proses itu akhirnya memberikan jawaban bahwa pada dasarnya kita benar-benar tidak memiliki apapun di dunia ini. Semua adalah milik Allah, dan apapun yang merupakan milik-Nya dapat diambil kapanpun oleh-Nya.
Ujian yang sebenarnya bukan saat kita dipertemukan dengan hal yang kita benci, namun saat sesuatu yang kita cintai diambil dari kita.
Rasa kepemilikan yang berlebihan pada ciptaan-Nya pasti akan diuji untu menyadarkan kita bahwa kita tidak boleh mencintai ciptaan-Nya lebih besar dibandingkan rasa cinta kepada Sang Pencipta.
Karena Allah sejatinya Maha Pencemburu dan Allah Maha Besar yang dapat mengambil apapun seketika dari genggaman kita.
Namun, sesuai janji Allah, apapun yang Allah ambil dari hidup kita tentu akan digantikan dengan sesuatu yang lebih baik. Karena apa yang baik menurut kita, belum tentu baik menurut Allah.
Sejatinya Allah mengetahui apa yang benar-benar kita butuhkan karena Allah Maha Mengetahui lagi Maha Penyayang.”
Dari ungkapan hati dan pikiran Nabila Ishma ini kita bisa belajar bahwa terkadang sesuatu yang kita benci, ternyata amat baik untuk diri kita. Demikian sebaliknya, terkadang sesuatu yang kita sukai, ternyata amat buruk bagi kita.
Kehilangan yang membuat hati kita rapuh ini seiring berjalannya waktu mampu memberi kita kelapangan hati dan kejernihan pikiran. Kita menjadi lebih paham arti kehidupan yang telah Allah atur sedemikian rupa untuk tiap hamba-Nya.
Semoga kita selalu menjadi seseorang yang mampu mengambil hikmah serta pelajaran dari setiap kehilangan. [Ln]