ChanelMuslim.com – Rimpu Mbojo merupakan identitas diri kaum muslimah suku Mbojo di Bima Nusa Tenggara Barat tempo dulu.
Sejak agama Islam masuk ke Bima, para perempuan Bima mengenakan Rimpu Mbojo jika keluar dari rumah.
Meski saat ini, Rimpu Mbojo tidak lagi dikenakan perempuan Bima, tetapi akan tetap dilestarikan dan dikenalkan pada kegiatan-kegiatan pemerintah daerah.
Rimpu adalah cara berbusana masyarakat Bima yang menggunakan sarung khas Bima (Tembe Nggoli).
[gambar1]
Rimpu Mbojo di Festival Tambora 2018 (Foto: Instagram @diana_putry18
Rimpu merupakan rangkaian pakaian yang menggunakan dua lembar (dua ndo`o) sarung. Kedua sarung tersebut untuk bagian bawah dan bagian atas. Rimpu ini adalah pakaian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan, sedangkan kaum lelakinya tidak memakai rimpu tetapi ”katente” (menggulungkan sarung di pinggang).
Rimpu adalah cara berbusana masyarakat Bima yang menggunakan sarung khas Bima (Tembe Nggoli).
Rimpu merupakan rangkaian pakaian yang menggunakan dua lembar (dua ndo`o) sarung. Kedua sarung tersebut untuk bagian bawah dan bagian atas. Rimpu ini adalah pakaian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan, sedangkan kaum lelakinya tidak memakai rimpu tetapi ”katente” (menggulungkan sarung di pinggang).
Sarung yang dipakai ini dalam kalangan masyarakat Bima dikenal sebagai Tembe Nggoli (Sarung Songket).
Kafa Mpida (Benang Kapas) yang dipintal sendiri melalui tenunan khas Bima yang dikenal dengan Muna.
Sementara sarung songket memiliki beberapa motif yang indah. Motif-motif sarung songket tersebut meliputi nggusu waru (bunga bersudut delapan), weri (bersudut empat mirip kue wajik), wunta cengke (bunga cengkeh), kakando (rebung), bunga satako (bunga setangkai), sarung nggoli (yang bahan bakunya memakai benang rayon).
Ada dua jenis Rimpu Mbojo, bagi anak gadis maka rimpu mbojo menutup seluruh wajah kecuali mata.
Sedangkan bagi yang sudah menikah, mereka boleh membuka penutup wajah.
Tertarik mengenal budaya Rimpu Mbojo, bisa datang pada event-event perayaan mereka. (jwt)