ChanelMuslim.com- Tiga hari sudah mantan Capres 02, Prabowo Subianto, dilantik Presiden Jokowi sebagai Menteri Pertahanan di Kabinet Indonesia Maju. Senyum dan raut wajah bahagia tampak tertangkap dari wajah mantan Danjen Kopassus ini saat tampil di hadapan wartawan.
“Kami katakan, apabila diminta kami siap membantu. Dan kami dari Partai Gerindra secara resmi siap membantu. Saya diminta untuk membantu beliau di bidang pertahanan. Saya akan bekerja sekeras mungkin untuk mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan,” ungkap Prabowo saat keluar dari pintu Istana usai bertemu Presiden Jokowi.
Penampilan dan ungkapan kalimat-kalimat Prabowo begitu tenang dan lugas. Tanpa sedikit pun menampakkan keraguan, atau perasaan lain yang menunjukkan rasa tidak nyaman karena menyadari jutaan orang menyaksikan pernyataannya usai bertemu mantan rivalnya di Pilpres beberapa bulan lalu.
Termasuk, mereka yang sudah habis-habisan berjuang untuk kemenangan Prabowo. Di antara mereka ada Pepes, atau partai emak-emak pendukung Prabowo Sandi.
Sosok emak-emak di kubu Prabowo Sandi memang fenomenal. Bahkan sekaligus mengkhawatirkan bagi pihak lawan. Hal ini bukan karena militansi yang ditunjukkan kaum emak-emak itu saja, tapi karena efektivitas manever emak-emak di masyarakat dalam meraup suara.
Di masa Pilpres Capres SBY, emak-emak memang juga terlihat memberikan kontribusi buat kubu SBY. Tapi, tidak sesolid dan semilitan yang pernah dilakukan mereka untuk Prabowo Sandi.
Salah satu yang fenomenal sekaligus menyesakkan adalah apa yang dialami tiga emak-emak Karawang. Mereka tersangkut pasal pencemaran nama baik dan berita hoaks melalui media elektronik.
Ketiga pun ditahan, diadili, dan divonis 6 bulan penjara. Mereka menangis saat mengalami dunia lain yang tidak mengenakkan di dalam penjara. Jauh dari suami dan anak-anak, tetangga, dan lingkungan seperjuangan untuk kemenangan Prabowo Sandi.
Ketiganya mungkin pertama kali mengalami sentuhan dunia penjara yang tidak enak. Bukan lantaran mereka mencuri, atau tindakan lain yang tidak terpuji. Mereka masuk penjara karena menerima resiko berjuang untuk kemenangan Prabowo Sandi.
Tak terungkap bagaimana reaksi suami-suami mereka. Bagaimana tangis dan perasaan hilang anak-anak mereka yang ditinggal ibunya berbulan-bulan. Tak ada sarapan lezat selama berbulan-bulan itu yang biasa diterima suami dan anak-anak mereka.
Kalau ditarik garis horizontal, mungkin bukan hanya emak-emak yang menangis dan diliputi rasa menyesal. Begitu banyak lapisan masyarakat, aktivis, para habaib, ulama, dan mereka yang menggantungkan harapan perubahan untuk Indonesia.
Bahkan Ustaz Abdul Somad pun masih menerima perlakuan tidak menyenangkan dari sebagian masyarakat sebagai residu dari dukungannya untuk Prabowo Sandi di Pilpres lalu.
Di antara mereka juga ada Habib Rizieq Shihab yang saat ini masih belum bisa kembali ke tanah air. Kembali ke rumah beliau, tanah kelahiran, dan lingkungan di mana beliau produktif beramal shalih.
Seorang aktivis alumni 212 pernah memberikan pernyataan saat diwawancarai sebuah media televisi.
“Masih segar ingatan saya ketika beliau (Prabowo) menyampaikan pidato yang begitu semangat. Ia katakan, kita akan melawan segala bentuk kecurangan sampai titik darah terakhir.
“Namun, hal itu seperti tak pernah berbekas saat beliau menerima jabatan sebagai pembantu presiden. Sebagai pembantu orang yang ia katakan telah melakukan kecurangan terhadap dirinya.
“Padahal, yang namanya pembantu, sangat tergantung yang dibantu. Kapan pun bisa dicopot dan diganti dengan yang lain.”
Sebagian publik mungkin masih menyimpan asa di manuver Prabowo ini. Tapi itu butuh waktu yang entah sampai kapan.
Yang pasti dan itu sudah terjadi beberapa hari terakhir ini, rasa kecewa para pendukung setia. Dan juga, tangis dan marah emak-emak yang entah masih bisa diobati dengan apa. (Mh)