PEMERINTAHAN Prabowo sudah melewati genap satu tahun pada 20 Oktober kemarin. Sejumlah pencapaian diklaim sudah dirasakan rakyat.
Pada 20 Oktober kemarin, pemerintahan Prabowo sudah berusia satu tahun sejak dilantik pada 20 Oktober 2024. Selama itu, sudah tiga kali terjadi reshuffle kabinet. Sejumlah gebrakan juga sudah terlihat.
Ada satu hal yang paling menonjol dalam setahun pemerintahan Prabowo. Yaitu, diplomasi global yang sukses menjadikan Indonesia dalam sorotan internasional. Hal ini naik jauh dibandingkan dengan sepuluh tahun masa pemerintahan lalu.
Hal menonjol lainnya adalah komunikasi politik yang jauh lebih baik. Hal ini mungkin karena tokoh sentralnya begitu jelas, yaitu sang presiden sendiri. Kalau pun diwakili juru bicara, hanya dalam masalah teknis.
Presiden Prabowo begitu sering mengkomunikasikan langsung apa yang menjadi gebrakannya di dalam dan luar negeri.
Yang ketiga yang tak kalah naiknya adalah kembalinya hubungan mesra antar anak bangsa, khususnya umat Islam.
Umat Islam sebagai pemegang saham terbesar bangsa dan negara ini mulai diposisikan pada tempat yang semestinya. Pendek kata, hampir tidak ada lagi friksi atau gesekan antara institusi pemerintahan dengan tokoh-tokoh Islam.
Perhatian pemerintah dalam membela kepentingan umat Islam begitu terlihat dan terasa. Antara lain, keberpihakan pemerintah dengan masalah Palestina, memperjuangkan kelancaran dan efektivitas ibadah haji dengan menjadikan urusan haji sebagai kementerian sendiri.
Meskipun begitu, memang masih terasa adanya politik ‘kompromi’ dengan kepentingan pemerintahan masa lalu.
Boleh jadi, hal ini bergantung dari mana sudut pandang melihatnya. Jika dari sudut pandang keberlanjutan yang positif, politik kompromi mampu mereduksi ketegangan yang tidak perlu. Dengan begitu, energi bangsa bisa lebih fokus pada pembangunan.
Tapi jika dilihat dari sudut pandang hukum, politik kompromi memang terkesan menjadi negatif. Seolah pemerintah tidak mampu bertindak tegas terhadap ‘kesalahan’ masa lalu.
Di sinilah kepiawaian seorang presiden dalam memainkan ‘irama’ keseimbangan itu. Jika politik kompromi lebih berat ke negatifnya, maka kepercayaan publik bisa menjadi hambatan dan gangguan.
Namun, hasil survey yang dirilis sejumlah pihak sepertinya menunjukkan bahwa kepercayaan terhadap pemerintahan Prabowo lebih besar dari yang meragukannya.
Bagi rakyat, segala hal yang berhubungan dengan intrik-intrik politik sepertinya sudah sangat membosankan. Rakyat butuh solusi segera agar ekonomi dan keamanan berjalan baik, peluang kerja bertambah, inflasi ditekan, insentif ekonomi juga bisa lebih banyak dikucurkan ke UMKM.
Semoga terus ada gebrakan baru yang bisa membantu kepentingan rakyat banyak. [Mh]