TAHUN baru Hijriyah datang. Banyak makna dan hikmah yang bisa dijadikan pelajaran.
Jumat ini melengkapi liburan panjang. Ada yang pulang kampung, wisata, silaturahim, atau sekadar ‘jalan-jalan’.
Boleh jadi, tak banyak yang menyadari di balik tanggal merah di hari Jumat ini. Yang penting tanggal merah dan bisa santai-santai.
Begitulah umumnya masyarakat kita. Tak banyak yang menyadari momen besar di balik Tahun Baru Hijriyah. Jangankan momennya, tahun keberapa hijriyah saja, mungkin juga tidak tahu.
Makna di Balik Nama Hijriyah
Sejarah penamaan hijriyah memang panjang. Intinya, nama disepakati para sahabat Nabi di era Khalifah Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu ini adalah momen hijrah. Ya, hijrah umat Islam dan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dari Mekah ke Madinah.
Hijrah tak selalu bermakna pindah tempat. Kecuali keadaan tertentu sebagai pilihan terakhir agar bisa mendapatkan lingkungan yang lebih baik. Rasanya, ini jarang terjadi.
Hijrah juga bermakna lain yang bukan tentang tempat. Misalnya, hijrah dari sosok jahiliyah menjadi sosok yang Islami. Yang sebelumnya tak berbusana muslimah menjadi berjilbab. Yang sebelumnya ‘urakan’ menjadi beradab dan berakhlak.
Hijrah makna ini tak bisa sekaligus. Bertahap, tapi pasti. Allah subhanahu wata’ala juga berfirman, “Fattaqullaha mastatho’tum.” Bertakwalah kalian kepada Allah menurut kesanggupan. (QS. Attaghabun: 16)
Namun, segala sesuatu yang didasari dari kesadaran, beratnya menjadi tidak terasa. Pelan tapi pasti, tak terasa, kita sudah berada di suatu posisi yang lumayan ‘tinggi’. Lebih takwa. Lebih soleh.
Dari Individu ke Lingkungan
Seorang ulama di Mesir pernah mengatakan, “Tegakkanlah Islam dalam dirimu, niscaya ia akan tegak di negerimu.”
Segala perubahan skala besar selalu dimulai dari hal kecil. Jangan bermimpi bisa mengubah bangsa dan negara kalau diri dan keluarga kita masih amburadul.
Mulailah dari diri kita sendiri. Mulailah dari yang kecil. Dan mulailah dari yang bisa kita lakukan. Yang penting konsisten atau istiqamah.
Nah, itulah yang mahal: konsisten. Apalah arti mimpi besar jika nyatanya kita belum juga melangkah.
Konsisten itu seperti menapaki anak-anak tangga. Tapakilah sesuai kemampuan kita. Tak masalah bergerak pelan atau berhenti sejenak. Tapi, jangan pernah mundur.
Teruslah melangkah naik, bagaimana pun besarnya angin bertiup, bagaimana pun godaan yang melemahkan langkah kita.
Satu hal yang tak boleh kita lupa: selalulah minta pertolongan pada Allah subhanahu wata’ala.
Sebesar apa pun bangsa dan negara, ia adalah kumpulan individu. Jika begitu banyak individu yang ‘berhijrah’, insya Allah, akan ada perubahan di negeri dan bangsa ini.
Selamat Tahun Baru Hijriyah 1447. Sudah hampir 15 abad umat ini lahir dan bergerak. Insya Allah, inilah kesempatan emas untuk Islam memimpin dunia. Dan hijrah besar itu dimulai dari perubahan dalam diri kita. [Mh]