ISRAEL masih tetap ‘ngeyel’ menyerang Iran. Jika perang terbuka ini terus berlanjut, akan ada ujung yang tidak disukai banyak orang.
Karakter kriminal bangsa Israel kian tak tertutupi. Meski sudah dapat balasan yang menyakitkan, tetap saja penjajah Palestina ini menyerang Iran. Bahkan dengan intensitas serangan yang lebih besar.
Kini, setelah lima hari, dampak balasan dari Iran mulai mengusik AS, Inggris, dan Prancis. Tiga negara ini seperti bernostalgia pada perang seratus tahun lalu yang begitu bernafsu menguasai Timteng.
Kesepakatan Tak Tertulis
Boleh jadi, ada kesepakatan tak tertulis atau semacam kode etik antara AS dan Rusia tentang perang ini. Yaitu, selama perang hanya dua negara ini, AS dan Rusia tidak boleh ikut campur. Tapi jika ada yang ikut-ikutan, maka kesepakatan ini batal dengan sendirinya.
Setelah lima hari saling serang, ternyata kondisi Israel lebih memprihatinkan. Bukan sekadar dari dampak fisiknya, tapi juga karena malunya. Ternyata, pertahanan udara Israel tidak secanggih yang digembar-gemborkan.
Bahkan, Iran mengingatkan warga Israel untuk segera meninggalkan wilayah itu. Jangan percaya dengan bungker, seperti yang disampaikan pemerintah Israel. Menurut Iran, pemerintah Israel hanya akan menjadikan warganya sebagai ‘tameng hidup’.
Nah, kondisi inilah yang akan dipolitisir Israel sebagai kepantasan agar paman gober dan teman-temannya itu bisa ikut campur di perang ini.
AS dan Sekutu sudah ‘On’ di sekitar Timteng
Dari sejumlah data, ada sekitar 180 pangkalan militer AS di seluruh dunia. Menariknya, hanya 60 saja yang ada di dalam negeri. Selebihnya atau lebih dari 60 persen berada di luar AS.
Menariknya, dari pangkalan militer yang di luar negeri itu, sebagian besarnya ada di wilayah Timteng. Pangkalan militer itu seperti membentuk perisai sebagai pelindung negara Israel.
Jadi, diundang atau tidak, AS dan sekutu akan secara otomatis ikut campur dalam perang ini. Mereka akan mengarahkan semua ‘tembakannya’ ke arah Iran.
Jika itu yang terjadi, Rusia dan Cina tidak akan tinggal diam. Hal ini bukan sekadar solidaritas sebagai satu poros, tapi juga sebagai gengsi negara super power. Tentu, hal ini sama-sama tidak diinginkan banyak orang.
Dampak Kehancuran Energi Dunia
Satu hal yang pernah diungkapkan Iran jika negaranya berada dalam kondisi terdesak jika dikepung banyak kekuatan. Yaitu, Iran akan memblokir selat Hormuz yang menjadi pusat lalu lintas pengangkut energi dunia.
Selat ini merupakan lalu lintas suplai energi dari negara-negara teluk seperti Kuwait, Qatar, Arab Saudi, termasuk Iran sendiri ke seluruh dunia.
Jika selat ini ditutup, suplai energi ke seluruh dunia akan terhenti. Akibatnya, harga minyak dan sejenisnya akan menjadi ‘kiamat’ tersendiri.
Sebenarnya, prediksi ekonomi ini sudah menjadi kekhawatiran hampir seluruh pebisnis dunia. Tidak heran ketika Israel menyerang Iran pada Jumat lalu, seluruh saham di AS rontok berguguran. Hal ini karena Iran begitu penting dalam suplai energi dunia.
Bukan itu saja, perang Israel Iran akan mempengaruhi stabilitas kawasan Timur Tengah secara keseluruhan.
Jadi, perang ini bukan hanya berpotensi meletusnya Perang Dunia 3, tapi juga kekacauan suplai energi ke seluruh dunia. Semoga ini tidak terjadi. [Mh]