SERING kita lihat seorang anak melakukan perilaku kekerasan di depan umum. Mereka memukul-mukul dan menendang benda-benda di sekitar. Hingga tidak jarang memukul ibunya dan orang lain.
Selain melakukan kekerasan fisik, tidak jarang mereka juga melakukan kekerasan verbal pada orang lain.
Konsistensi sangat penting dalam membesarkan anak-anak, dan jika seseorang berperilaku berbeda terhadap mereka ketika di depan umum, anak itu pasti akan berperilaku berbeda juga.
Nabi Muhammad berkata: “Dia yang tidak menghormati orangtua kita, atau tidak berbelas kasih kepada kaum muda, atau tidak merasa berhutang budi kepada para ulama, bukan dari bangsaku.” (Abu Dawud, No.4921)
Kasih sayang dan cinta adalah komponen penting dalam membangun masyarakat Muslim,
dan itu dimulai dengan bagaimana kita membesarkan anak kita, yang bagaimanapun juga akan berpengaruh pada masa depannya.
Ketika kita hanya mengharapkan kepatuhan, kita memperlakukan anak-anak kita sebagai perpanjangan dari diri kita sendiri untuk melakukan seperti yang kita inginkan.
Karakter mereka, perasaan mereka, dan kebutuhan mereka ditolak, karena kita pada dasarnya memperlakukan mereka seperti budak, yang dalam Islam,
bukan bagaimana budak diperlakukan pada zaman Nabi Muhammad, tetapi bagaimana perbudakan dalam versi lain masih diperlakukan di dunia sekuler.
Baca Juga: Peran Penting Orangtua Mencegah Kekerasan pada Anak
Perilaku Kekerasan pada Anak
Dengan menunjukkan rasa hormat kepada anak-anak kita, dan dengan cinta dan kasih sayang, kita mengembangkan ikatan emosional,
yang dibutuhkan semua manusia tanpa memandang usia, dan dengan melakukan itu kita membangun hubungan yang penuh kasih dan perhatian.
Dengan cara ini, anak belajar cinta, belajar belas kasih, belajar memberi dan belajar mendengarkan, karena kita juga mendengarkan mereka.
Anas (RAA) memberi tahu kita: “Saya tidak pernah melihat orang yang lebih berbelas kasih terhadap anak-anak daripada Utusan Allah (Shallallahu alaihi wa sallam).
Putranya, Ibrahim, dirawat oleh seorang perawat di perbukitan di sekitar Madinah. Dia akan pergi ke sana, dan kita akan pergi bersamanya, dan dia akan memasuki rumah, menjemput putranya dan menciumnya, lalu kembali ”(Muslim, 15: 75)
Semua hubungan manusia memberikan kesempatan untuk belajar tentang diri kita sendiri karena setiap orang seperti refleksi.
Mengingat bahwa bagaimana seseorang berhubungan dengan kamu tidak selalu ditentukan oleh kamu, tetapi mungkin karena seseorang atau sesuatu yang lain, tetapi masih ada tingkat tertentu dari memberi dan menerima dalam interaksi antara dua orang.
Apalagi dengan anak-anak, karena mereka telah datang ke dunia melalui ibunya, dan dibesarkan dalam lingkungan sosial yang akan memiliki pengaruh paling kuat pada persepsi anak tentang diri dan persepsinya tentang hubungan manusia.
Baca Juga: Kasus Kekerasan Anak di Pesanggrahan, Menteri PPPA Angkat Bicara
Contoh Perilaku Tidak Ramah Anak
Karena itu bagaimana seorang anak berhubungan dengan kamu, jauh lebih terkait dengan kamu dan lingkungan yang telah kamu bantu ciptakan.
Jika kamu menunjukkan misalnya:
1-Cinta untuk membuat mereka nyamanan
2-Permisif
3-Melanggar janji
4-Welas Asih
5-Ketidakpedulian
6-Tuli terhadap apa pun yang dikatakan anak Anda
7-Diperlakukan sesuai dengan kebutuhan pribadi dan bukan kebutuhan orang lain.
Maka inilah sifat-sifat yang akan dipelajari seorang anak dari kamu. Ketika seorang anak menyadari bahwa mereka selalu dapat memiliki caranya sendiri, maka secara alami mereka akan menuntut lebih banyak.
Jika orang tua malu dengan perilaku anak, dan anak itu tahu, dan juga tahu bahwa mereka bisa mendapatkan perhatian dengan cara ini (bahkan perhatian negatif lebih baik daripada tidak diperhatikan), maka mereka akan berperilaku buruk.
“Perilaku terbaik adalah apa yang kamu sendiri mulai praktikkan.” ‘Ali ibn Abu Thalib.
Seorang anak yang dibesarkan di tengah-tengah iman dan dengan iman itu, rasa saling percaya, saling menghormati, cinta bersama, dan kasih sayang timbal balik secara alami akan mengembangkan rasa memiliki serta rasa percaya diri.
Mereka akan mengembangkan keterampilan dan kemampuan sesuai dengan kecenderungan mereka. Dengan rasa memiliki, datanglah taqlid – emulasi, dan in syaa Allah anak akan memiliki teladan yang baik untuk ditiru.
[My/ind/aboutislam.net]