Chanelmuslim.com – Agung ‘K Sinyo’ Sugiarto dan kawan-kawan sejak tahun 2009 sudah berupaya membantu saudara-saudara Muslim yang ‘merasa’ bermasalah dengan orientasi non-heteroseksual (LGBT, dibaca sebagai orientasi seksual, bukan identitas sosial) baik secara langsung atau tidak langsung. Sudah ratusan teman telah berhasil mereka bantu untuk melewati halangan yang ditakuti oleh mereka sendiri. Seperti ketakutan untuk menikah dan lain sebagainya. Hanya saja sayang, bantuan dan pendampingan yang diberikan masih belum optimal. Karena secara administrasi belum tertata rapi, sehingga menyulitkan pengembangan bantuan dan pendampingan selajutnya.
Selain itu, di Indonesia belum ada satupun layanan khusus yang secara profesional membantu sahabat dengan orientasi non-heteroseksual namun ingin hidup tenang dan damai di jalan Allah. Atau pendampingan bagi mereka yang pernah melakukan hubungan seksual sesama jenis tetapi ingin bertobat (kembali) hidup di jalan yang diridhai oleh Allah. Termasuk masyarakat yang bingung harus berbuat apa saat mengetahui keluarganya mempunyai orientasi non-heteroseksual.
Maka Kak Sinyo dibantu teman-teman yang peduli dalam hal ini mendirikan Pusat Layanan Peduli Sahabat yang kemudian dikelola secara profesional, sesuai dengan pengalaman Kak Sinyo membantu para sahabat non-heteroseksual dari tahun 2009 hingga sekarang.
Menurut Kak Sinyo yang kemarin Sabtu (26/11) mengisi acara Seminar Parenting yang diadakan oleh Dompet Dhuafa di SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) Al Barkah Cimanggis Depok. Pelajaran Sexual Integrity seharusnya diajarkan sejak anak masih bayi. Seperti jangan membiasakan memegang bagian tubuh yang merupakan alat vital bayi tersebut. Jika ingin membersihkannya, ya sekedar bersihkan saja.
Kemudian ketika anak sudah bisa bicara seharusnya anak mulai harus sering diberi pengertian bahwa seluruh bagian tubuh mereka adalah sepenuhnya hak anak itu. Tidak ada seorangpun yang boleh menyentuhnya. Jangan pernah tinggalkan anak perempuan dengan laki-laki bahkan dengan ayah atau saudara kandungnya. Karena rentan terjadi pelecehan seksual. Pelecehan seksual di masa kanak-kanak inilah yang seringkali memicu terjadinya penyimpangan seksual ketika anak itu dewasa.
Menurutnya pula, tidak ada kata ‘terlalu dini’ untuk mengenalkan pendidikan seksual kepada anak karena Islam sendiri tidak mengenal kata remaja. Ketika anak sudah mengalami menstruasi atau mimpi basah, sejak itu pula anak dinyatakan sudah dewasa dan harus sudah faham betul tentang pendidikan seksual ini.
Kak Sinyo juga menyarankan agar para orang tua saat ini harus lebih dekat dengan anak. Anak dan orang tua harus punya bonding yang kuat dengan anak secara batin. Jangan sampai anak justru lebih dekat dengan sosial media karena rentan terpapar pengaruh yang buruk terutama dalam hal pornografi dan pornoaksi. (ra/ind)