ChanelMuslim.com – Menjalankan ibadah puasa Ramadan mungkin terasa berat bagi mereka yang harus bekerja di luar ruangan, atlet, maupun militer yang harus melakukan latihan fisik. Namun, tak sedikit anggota militer Amerika yang menjalankan ibadah puasa Ramadhan yang jatuh pada musim panas seperti tahun ini.
Dikutip dari VOA, militer Amerika mengalami kesulitan untuk merekrut lebih banyak anggota militer Muslim, sejak dimulainya perang di Irak dan Afghanistan. Meskipun jumlah anggota militer Muslim masih sedikit, tapi terus bertambah. Menurut data Departemen Pertahanan Amerika, tahun lalu tercatat hampir 6.000 Muslim yang berdinas militer aktif.
Jalil Mustafa, berusia 40 tahun, adalah seorang keturunan Irak, yang bergabung dalam Angkatan Bersenjata Amerika sebagai penerjemah lisan atau interpreter. Seperti warga Muslim lainnya, ia juga berpuasa pada bulan suci Ramadan. Namun empat tahun silam, Mustafa menjalaninya ketika sedang mengikuti Latihan Tempur tingkat dasar. Apa saja yang dilakukannya selama Ramadan ketika itu?
Kapel utama di tempat pelatihannya di pangkalan militer Fort Jackson, South Carolina itu menjadi tempat dia dan beberapa tentara Muslim dalam Batalyon 2, Resimen Infanteri ke-13, berkumpul pada Sabtu (11/6) petang, untuk mempelajari tentang Islam dan ikut berbuka puasa atau iftar. Mereka mengundang teman-teman non-Muslim, jadi mereka sekaligus dapat memahami arti bulan suci Ramadan bagi rekan yang Muslim.
Salah satu rekan non-Muslim yang diundang adalah Prajurit Satu Raven McKlintock dari Houston.
“Saya di sini untuk belajar. Saya ingin mengetahui lebih banyak tentang teman-teman seperjuangan, jadi saya datang ke sini sejak Ramadan dimulai,” kata McClintock yang beragama Kristen.
Ketika para anggota militer Muslim itu berbuka puasa, mereka menyantap hidangan halal, termasuk makanan berbuka tradisional, kurma dan apel. Buka puasa diakhiri dengan sholat bagi mereka yang Muslim sebelum mereka dijemput oleh bis-bis yang mengantar mereka kembali ke barak.
Setelah acara berakhir, Sersan Deondra Carter, berdiri di pintu, mengarahkan para prajurit ke kendaraan yang telah menunggu mereka. Dia mengatakan, tidaklah sukar untuk mengatur anggota militer Muslim dan non-Muslim selama Ramadan.
“Kami memperbolehkan mereka menjalankan ibadah agamanya,” katanya.
Ia menambahkan, “Mereka boleh berpuasa dan kami menyiapkan makanan halal yang siap mereka santap.”
Jalil Mustafa mengatakan, semua orang dipersilakan datang ke acara tersebut. “Saya katakan kepada mereka, Islam terbuka untuk siapapun, untuk mendengarkan, mempelajari, mereka dipersilakan hadir”.
Islam merupakan agama yang tumbuh pesat di Amerika, karena dipicu oleh datangnya para imigran. Menurut proyeksi pertumbuhan populasi berdasarkan agama yang dilakukan oleh Pusat Riset Pew dan dilansir awal tahun ini, terdapat lebih dari 3 juta Muslim di Amerika. Banyak pejabat meyakini lebih dari sepuluh ribu di antaranya menjadi anggota militer Amerika.[af/voa]