Oleh: Eka Wardhana, Rumah Pensil Publisher
ChanelMuslim.com-Ada kesamaan pada setiap mahluk yang diciptakan Allah di dunia ini. Apa ya? Apa semuanya tunduk kepada Allah? Tidak juga, sebab manusia dan jin banyak yang melawan Allah. Apa semuanya mencari makan? Tidak juga, sebab batu dan air tak memerlukan makanan.
Satu hal yang sama pada setiap makhluk adalah kata ini: BERGERAK.
Semuanya bergerak: pepohonan pun bergerak dengan terus tumbuh dan membesar. Batu bergerak jatuh mengikuti tarikan gravitasi. Bahkan, seperti yang disampaikan dalam Alquran: gunung pun sebenarnya tidak diam, tetapi bergerak pelan laksana awan. Sebab gunung dan daratan ada di atas lapisan batuan cair dan panas yang bergerak sangat perlahan.
Manusia juga bergerak. Nah, timbul 3 pertanyaannya:
1. Ke arah mana manusia bergerak?
2. Energi apa yang membuat manusia bergerak?
3. Siapa yang mengemudikannya agar tidak melenceng dari tujuan?
Persis ketika suami/istri kita tiba-tiba pamit hendak keluar rumah, pasti timbul 3 pertanyaan ini: Mau ke mana? Bensinnya ada atau tidak? Diantar atau mau mengendarai sendiri?
Ke mana manusia bergerak? Ternyata siapapun dia dan kapanpun ia hidup, tujuan manusia bergerak hanya menuju satu hal ini: KEBAHAGIAAN.
LLalu pertanyaan berikutnya: energi apa yang membuat manusia bergerak? Jawabannya adalah: KEINGINAN. Dalam Islam, ada istilah untuk keinginan, yaitu SYAHWAT. Apa itu syahwat? Syahwat adalah dorongan-dorongan mendesak dalam diri manusia untuk melakukan hal-hal yang dapat memberi 4 kepuasan: seksual, kepemilikan, kenyamanan dan harga diri.
Terakhir, siapa yang mengemudikan gerakan manusia menuju kebahagiaan? Siapakah nakhoda dalam diri setiap orang?
Ternyata jawaban untuk pertanyaan ketiga ini tidak cuma satu, tetapi ada dua. Ada dua nakhoda dalam diri kita. Manusia diberi kebebasan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk memilih salah satunya.
Dua nakhoda itu adalah HAWA dan DALIL.
Hawa di sini identik dengan nafsu. Sementara Dalil di sini maksudnya adalah Alquran dan Sunnah Rasulullah.
Sayangnya hanya salah satu nakhoda yang dapat dipilih dengan mudah, karena ia sudah stand by dari sejak manusia lahir, sementara yang satunya lagi harus dicari. Nakhoda yang selalu siap dalam diri manusia adalah Hawa.
Hawa itu punya 2 arti: Berhembus, bertiup dan jatuh dari atas ke bawah. Sebenarnya Hawa diciptakan Allah untuk kepentingan manusia. Apa yang terjadi bila manusia tidak ingin kawin, makan dan minum? Pasti punah lah. Tetapi Hawa bukan diperuntukkan menjadi nakhoda. Lalu mengapa akhirnya banyak sekali manusia menjadikan Hawa sebagai nakhoda?
Sebab Hawa sudah ada dalam diri manusia, sementara Dalil harus dicari dan didapatkan. Bila Dalil gagal didatangkan, sudah pasti dan tidak bisa tidak: Hawa yang akan menjadi nakhoda manusia. Bukan otak ya? Bukan, otak adalah perwira kapal yang patuh pada nakhoda. Siapapun nakhodanya: Hawa atau Dalil.
Berbahaya sekali bila Hawa dijadikan nakhoda, kenapa? Sebab ia akan menggerakkan manusia menuju kebinasaan. Imam Ibnu Qayyim sudah mengingatkan: pecinta dunia akan disiksa dengan apa yang dicintai.
Hanya Dalil yang bisa mengemudikan manusia menuju kebahagiaan. Kenapa? Sebab saat Dalil menjadi nakhoda, ia akan menyuruh Hawa tunduk. Persis seperti pawang menaklukkan hewan buas.
Bila ada Dalil, Hawa yang liar dan meronta-ronta akan jadi Sakinah. Sakinah artinya: sesuatu yang tadinya bergerak tiba-tiba menjadi tenang. Jadi Dalil lah nakhoda sebenarnya bagi manusia. Sayang, karena Dalil harus dicari, tak semua manusia mendapatkannya.
Karena itu Dalil berupa Alquran dan Sunnah harus dikenalkan sejak dini pada anak agar kelak ia tak salah memilih nakhoda bagi dirinya. Untuk tujuan itulah 2 buku yang saya tulis ini: SKAY (Seri Kenal Allah Yuk) dan Amidis (Amazing Hadis) dibuat. Semoga dengan kedua buku ini anak-anak akan lebih mudah menjadikan Dalil sebagai nakhoda di hati mereka.
Bila ada manusia yang sudah punya segala-galanya tapi hidupnya terasa terus gelisah, katakan padanya: engkau telah salah memilih nakhodamu.
Salam Smart Parents!
[ind]