ChanelMuslim.com – Parah, parah, parah. Hanya gumam itu yang mampu terucap oleh Tim Kemanusiaan PPPA (Program Pembibitan Penghafal Alquran) Daarul Qur'an saat tiba di kamp pengungsian Distrik Coxs Bazar, Divisi Chittagong, Bangladesh, Senin (9/10).
Bayangkan, ratusan ribu diaspora dari Rohingya, Arakan, Myanmar, berjejalan di rawa belantara kosong yang becek. Hidup beratap tenda plastik, bertiang bambu, beralas tanah basah, dengan fasilitas hidup nyaris nol. Padahal, ribuan dari mereka adalah kaum tua, anak-anak, bayi, dan wanita, termasuk perempuan hamil.
Masih banyak pula pengungsi baru yang belum mendapat kapling berteduh. Mereka telantar di pinggiran jalan dengan tubuh letih tiada tara.
Sambil menahan airmata dan sesak di dada, Jahidin bersama Asnal dan Didi Kurniawan, berkeliling memetakan kebutuhan pengungsi. Dikawal relawan dari lembaga mitra lokal, ketiga awak Daarul Quran mengunjungi warga kamp Purbo Para Balukhali dan Gundum di Balukhali, yang berjarak 2-3 jam perjalanan darat dari pusat Coxs Bazar.
Bagaimanapun, logistik tetap jadi kebutuhan utama pengungsi, Jay, sapaan Jahidin, mengabarkan dari pengungisan.
Memang, bala bantuan logistik banyak masuk ke Coxs Bazar. Tapi, di saat yang sama, gelombang pengungsi juga terus berdatangan, seiring kian beringasnya operasi militer pembersihan Arakan oleh junta militer Myanmar. Akibatnya, stok logistik cepat habis.
Maka, sembako dan sandang jadi prioritas bantuan Daarul Quran. Makanan dan perlengkapan bayi sangat banyak dibutuhkan, ujar Jay.
Selain itu, tentu, sesuai misi lembaga, Tim Daarul Quran memfokuskan pada penyediaan sarana dan prasarana ibadah. Misalnya masjid darurat, yang berupa bangunan baru atau rehabilitasi gubuk yang tersedia. Juga fasilitas anak-anak untuk mengaji, seperti kain sarung, mukena, Quran, tikar, dan sarana penerangan non-listrik semisal lampu solar-cell.
"Alhamdulillah, saat ini kita sudah ada dua ustaz hafizh yang mengajar anak-anak pengungsi Rohingya di Kamp Balukhali ini," papar Jay. [ah/rilis]