PERSAUDARAAN Muslimah (Salimah) mengecam keras tindakan Israel mencegat kapal Madleen yang membawa bantuan kemanusiaan untuk Palestina di jalur perairan internasional. Hal ini menunjukkan bahwa Israel telah melakukan pelanggaran hukum internasional karena melakukan kejahatan berupa penyerangan di luar wilayah kedaulatannya.
Demikian isi pernyataan sikap yang disampaikan Ketua Umum Salimah, Reni Anggrayni, Rabu (11/6). Pihaknya mengutuk keras kebiadaban Israel atas pembiaran kelaparan massal dan genosida yang dilakukan terhadap rakyat Gaza Palestina.
“Rakyat Gaza memiliki hak hidup merdeka dan mendapatkan bantuan kemanusiaan akibat serangan dan blokade brutal oleh Israel. Pencegatan kapal Madleen merupakan pelanggaran Hukum Humaniter Internasional (HHI) sehingga Israel harus diseret ke Mahkamah Internasional dan diusir dari bumi Palestina,” tegas Reni.
Ia mengungkap, Israel telah melakukan kejahatan perang dan kejahatan kemanusian karena menjadikan anak-anak, perempuan, dan rakyat sipil sebagai sasaran kekerasan. Karena itu, pihaknya menuntut negara zionis itu diadili di Mahkamah Internasional bersama dengan sekutu yang mendukungnya.
“Selanjutnya, Salimah mendesak Pemerintah Indonesia untuk mengajak negara-negara lain yang mendukung kemerdekaan Palestina untuk memutus hubungan diplomatik dengan Israel. Indonesia memiliki tanggung jawab moral dan konstitusional untuk mendukung kemerdekaan Palestina berdasarkan UUD 1945,” imbuh Reni.
Salimah juga mengajak masyarakat turut membantu pemulihan rakyat Palestina dengan menggencarkan donasi dan doa, serta melakukan boikot terhadap produk-produk yang berdampak langsung kepada pembiayaan perang penjajah.
“Terakhir, kami mengajak seluruh pengurus dan anggota Salimah dari tingkat pusat hingga ranting untuk terus menggencarkan penggunaan produk aman pada umumnya dan produk Salimah pada khususnya sebagai solusi atas sikap pemboikotan terhadap produk Israel,” serunya.
Seperti diketahui, sejak 1 Juni kapal Madleen yang membawa bantuan kemanusiaan berlayar dari Italia menuju Gaza yang merupakan “tempat paling lapar di bumi”. Namun, misi kemanusiaan untuk membantu penduduk yang mengalami genosida lebih dari 20 bulan, kembali gagal.
Kapal Madleen yang membawa 12 aktivis kemanusiaan dicegat oleh militer Israel di perairan internasional pada Senin (9/6). Kapal tersebut digiring menuju pelabuhan Ashdod yang diduduki. [Mh/Salimah]