"Pizza Santri! Pizza Santri! Ayo dibeli… cuma 5000 rupiah, enak dan murah. Ayo jangan sampai kehabisan, Bu, Pak."
Empat remaja berjilbab rapi riuh rendah menawarkan dagangan di area Car Free Day (CFD) Grand Depok City di Kota Depok, Jawa Barat, Ahad (28/01) pagi.
Banyak penikmat CFD tertarik pada merek produk yang ditawarkan. Terlebih para pedagang remaja juga menyerukan yel-yel 'Pizza Santri'.
Di sini pizza, di sana pizza, di mana-mana pizza-nya santri…, seru mereka dengan riang, mendendangkan nada lagu 'Di Sini Senang Di Sana Senang'’.
Rintik hujan tak mencegah rejeki keempat putri. Pukul sembilan pagi, dagangan mereka sudah ludes. Alhamdulillah, come on kita pulang, mereka kembali ke pesantren dengan berjalan kaki sejauh 3,5 km.
Sedang santri ikhwan (laki-laki) rekan mereka, mengejar target menghabiskan dagangan 60 potong pizza dengan bersepeda. Maklum, mereka sudah sejak Sabtu sore hingga Ahad dini hari lembur memproduksi pizza.
Asiah, Mutia, Sarah, dan Hanin, para remaja tadi, adalah santri kelas 1 PRISTAC (Pesantren for The Study of Islamic Thought and Civilization).
Dr Adian Husaini, pendiri Pondok Pesantren At Taqwa Desa Jatimulya, Kec Cilodong, Depok, Jawa Barat, menjelaskan, Pristac merupakan program pendidikan At Taqwa setingkat SMA. Sedang yang SMP dinamakan Pesantren Shoul-Lin al-Islami.
Pristac terbagi dalam dua kelas yaitu: (a) Islamic Thought (b) PRAISE (Pesantren of Adab and Entrepreneurship).
Nah, Kelas Praise diikuti 7 santri angkatan pertama. Termasuk Mutia, salah satu dari empat santri tadi.
Di kelas ini, murid belajar Adab, Kitab, Silat, dan muatan khusus Kewirausahaan (entrepreneurship).
Tak sekadar teori, prinsip-prinsip wirausaha berbasis adab Islam secara bertahap diimplementasikan agar jadi kebiasaan (habit).
Sebagai penambah wawasan, prinsip-prinisip bisnis modern diperkenalkan juga di kelas ini. Pakar bisnis resto dan perhotelan, Indra Supono, mengampu para santri yang dianggapnya sebagai adik sendiri.
Murid Praise dididik memiliki adab wirausaha Islami yang sebagian besar sudah teradopsi dalam prinsip-prinsip bisnis modern. Misalnya: menjaga kualitas barang dan jasa yang ditawarkan. Produk usaha haruslah halal dan thayib, sejak bahan mentah hingga tersaji kepada customer.
Sebagai prasyarat menjadi usahawan sukses, para santri digembleng untuk berkarakter sebagai pekerja ikhlas, keras, berkualitas, cerdas, dan kerja tuntas.
Aspek keahlian individu santri (self skill) juga ditanamkan. Berbagai keahlian wirausaha diprogramkan di kelas ini. Secara garis besar, ada 2 aspek, yaitu produksi dan perdagangan.
Aspek produksi sudah berjalan, salah satunya ternak ikan lele dengan teknik biopound. Materi ini dibimbing oleh Riza Rahman Hakim, dosen Perikanan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).
Baru-baru ini, materi keterampilan bertambah dengan kelas pastry (aneka roti). Pengampunya Ny Ratna Maulida, yang berpengalaman sejak 1994 di divisi pastry sebuah perusahaan nasional.
Perempuan asal Sumatera Barat ini mengajarkan ketrampilan produksi yang mudah, murah, namun tetap yummy.
Kini, para santri sudah cukup lihai membuat pizza, aneka roti manis, roti tawar, roti isi, yang dimasak cukup dengan wajan teflon dan otang (oven tangkring).
Santri juga bisa memproduksi kreasi topping pizza dari yang mainstream seperti sosis, keju mozarella, daging asap, dan jamur, sampai yang anti-mainstream: pizza sambal bawang with terong.
Dengan bimbingan Kusnadi, pengusaha ayam Hefchick, para santri juga piawai memasak ayam goreng dengan modifikasi penyajian.
Di aspek marketing, santri diajari semangat mengantar produk sekaligus menangkap umpan balik (feedback/respon) konsumen. CFD jadi ajang praktikumnya. Dari respon konsumen, santri berusaha meningkatkan pelayanan dan kualitas produk.
Ny Megawati, ibu asuh Pristac, mengatakan, ke depannya mungkin akan ada kelas atau jurusan baru lagi. Kami mengikuti kebutuhan ummat dan bagaimana bakat serta minat anak-anak," terangnya. (ah/Eveline Ramadhini/Nurbowo)