Di tengah meningkatnya langkah-langkah keamanan di negara-negara Uni Eropa, para pemimpin komunitas Muslim Belgia mendesak para pejabat Uni Eropa merekrut ulama untuk mendidik kaum muda tentang agama, bukan membiarkan mereka dalam kegelapan.
“Pemuda Muslim di Belgia merasa dikucilkan dari masyarakat, tidak hanya dalam hal pengangguran, tetapi dalam hal mengekspresikan agama dan budaya mereka,” ujar Kastit Mustafa, seorang imam di sebuah masjid lokal di Brussels, seperti dikutip Anadolu Agency, Kamis 19 Maret kemarin.
Mustafa adalah salah satu dari beberapa pakar agama yang berbicara pada konferensi anti-radikalisasi di Brussels pada hari Selasa lalu.
Konferensi ini diadakan pada saat pejabat Uni Eropa meningkatkan metode keamanan dan anti-radikalisasi.
Namun, para pemimpin Muslim Brussels, termasuk Kamel Meziti, anggota dewan Muslim Eropa untuk Kohesi Sosial (EMISCO), mengatakan bahwa merekrut ulama sangat penting karena masih kurangnya imam di Eropa yang dapat mendidik kaum muda tentang agama Islam.
Di tengah laporan bahwa hampir 300 orang berangkat ke Suriah selama dua tahun terakhir, Pusat Internasional untuk Studi Radikalisasi dan Politik Kekerasan menempatkan Belgia di antara negara yang paling banyak terkena dampak di Eropa Barat.
Veysel Filiz, juru bicara lembaga think tank yang berbasis di London, mengatakan bahwa sistem sekolah yang mengarahkan anak-anak dari komunitas Muslim jauh dari unsur-unsur ekstremis dan mendidik perilaku yang bertanggung jawab.
“Ini akan memberikan anak-anak Muslim rasa afiliasi keagamaan dan anak-anak non-Muslim informasi tambahan bagi mereka,” kata Filiz.
Muslim Belgia diperkirakan berjumlah 638.000 dari total populasi sebanyak 11,2 juta, menurut angka yang dirilis oleh Pew Research Center pada bulan Oktober 2010.[af/onislam]