ChanelMuslim.com – Realitanya , pemahaman masyarakat mengenai era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), khususnya pengusaha dan pedagang Indonesia masih rendah. Padahal, pengusaha dan pedagang akan bersaing dengan produk-produk dari wilayah Negara Asean seperti Brunei, Filipina, Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Kementerian Komunikasi dan Informatika Rosarita Niken Widyastuti mengungkapkan, dari 2.600 responden di 15 kota di Indonesia, hanya 25,90 persen saja yang paham tentang MEA. Sementara dari kalangan pengusaha dan pedagang, hanya 27,80 persen saja yang mengerti MEA.
“Ini sebenarnya sangat miris sekali. Negara-negara ASEAN lainnya sudah banyak mempersiapkan untuk MEA, sementara Indonesia masih banyak yang belum tahu. Akibatnya, MEA ini seolah menjadi ancaman bagi warga Indonesia karena pesimis bisa bersaing dengan Negara Asean lainnya,” ungkap Niken, saat menjadi pembicara dalam Forum Dialog Bertema “Memanfaatkan Peluang Dalam Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) di Indonesia” di Hotel Grand Zuri, Palembang, Selasa (29/3).
Niken menjelaskan, banyak hal yang harus disiapkan terutama pelaku usaha dalam menghadapi era MEA ini.
Diantaranya, produk yang berkualitas dengan harga bersaing, sumber daya manusia, kreatifitas serta jaringan keluar negeri.
“Peran media massa juga sangat penting untuk menumbuhkan optimisme bagi warga Indonesia agar tidak kalah bersaing dengan Negara Asean lainnya,” jelas Niken.
Oleh karena itu, lanjut Niken, perlu adanya peranan dari media massa untuk mengedukasi masyarakat seperti apa menghadapi MEA. Baik memanfaatkan peluang yang ada dan tantangan apa saja yang akan dihadapi dari era MEA tersebut.
“Inilah tujuan digelarnya forum dialog ini. Diharapkan media massa khususnya media yang ada di Sumsel dapat berperan aktif dalam menginformasikan, sehingga masyarakat pun bisa memiliki pengetahuan dan pencerahan terhadap MEA serta mengetahui peluang ekonomi yang semakin luas,” imbuh Niken.
Padahal dengan adanya era MEA tersebut, menurut Niken, peluang pelaku usaha ataupun tenaga kerja Indonesia untuk lebih besar. Niken pun menyayangkan, 80,8 persen pelaku usaha belum mengetahui adanya penghapusan tarif ekspor dan impor.
“Namun, yang perlu juga diperhatikan adalah mengubah mindset masyarakat. Mereka pesimis jika hadirnya MEA ini akan berpengaruh tak baik seperti berimbas pada para pelaku bisnis lokal atau produk-produk lokal,” papar Niken.
Sementara Mantan Dubes Thailand untuk Indonesia, Lutfi Rauf sependapat dengan Niken yang mengatakan, sejauh ini tingkat pemahaman dan persepsi masyarakat Indonesia mengenai MEA memang paling rendah dibandingkan Thailand, Kamboja, Laos, dan Vietnam.
“Di Indonesia yang tahu dan paham ASEAN itu hanya 64 persen warga Indonesia. Kalau di Laos itu sudah mencapai 96 persen,” kata Lutfi.
Lutfi mengakui jika MEA disikapi positif akan membuka pasar bagi Indonesia lebih luas. Sehingga, para pelaku usaha akan lebih mudah untuk mengembangkan usahanya terutama di ASEAN.
“Tapi, dengan syarat produk yang dihasilkan harus berkualitas. Seperti Thailand, itu sekarang mereka sudah benar-benar siap. Bahkan, dalam segi bahasa sudah banyak yang bisa berbahasa Indonesia. Artinya, Indonesia sudah menjadi target mereka. Oleh karena itu, Indonesia dengan penduduk yang sangat banyak ini, jangan mau kalah. Tetap optimis dan berusaha terus memperbaiki kualitas produk,” kata Lutfi.
Sementara itu, Kabid SKDI Dishubkominfo Provinsi Sumatera Selatan, H. Afrian Joni mengajak seluruh jurnalis yang hadir untuk dapat bekerjasama dengan baik dalam memublikasikan tentang MEA ke pelaku usaha yang ada di Sumsel.
“Kami mengajak saudara para jurnalis untuk memanfaatkan fasilitas yang ada di Media Center Dishubkominfo Prov. Sumsel untuk kegiatan jurnalistik dalam menyebarluaskan informasi kepada masyarakat dan kami ucapkan Selamat Datang di Media Center Dishubkominfo Prov. Sumsel,” kata Afrian.
(jwt/Kominfo)