ONE Piece tiba-tiba menjadi kata yang viral di momen Agustusan saat ini. Apa makna One Piece yang sebenarnya?
Istilah One Piece dengan bendera gambar tengkorak ala bajak laut sebenarnya judul sebuah serial Manga Jepang. Film kartun bergaya anime ini merupakan karya seorang animator bernama Eiichiro Oda. Mulai dikenalkan ke publik pada 22 Juli 1997.
Lalu, apa hubungannya ‘One Piece’ ini dengan momen Agustusan? Memang, tidak ada hubungan langsung. Tapi, bendera ala bajak laut bernada humoris ini menyeruak di masyarakat seolah ‘melecehkan’ bendera Merah Putih.
Kibaran bendera warna hitam bergambar tengkorak putih bertebaran di sejumlah wilayah di tanah air. Ada yang hanya bendera ‘One Piece’ saja. Ada juga yang menyandingkan Merah Putih dengan ‘One Piece’ dalam satu tiang.
Bukan hanya bendera. ‘One Piece’ juga ‘diabadikan’ sejumlah anak muda melalui mural di sarana publik: dinding, bahkan jalan-jalan di dalam gang kampung.
Merah Putih bersanding Bendera Bajak Laut
Siapa pun yang sekilas melihat fenomena ini tentu akan sangat tersinggung. Kok bisa bendera Merah Putih disandingkan dengan bendera ala bajak laut.
Namun jika dicermati secara kontekstual gambarannya akan menjadi lain. Untuk memahami kontekstual ini, mau tidak mau, harus memahami ‘One Piece’ sebagai sebuah pesan sindiran atau satire.
Rasanya, bendera ‘One Piece’ tidaklah dimaksudkan sebagai pemecah belah bangsa. Terlebih lagi sebagai sebuah makar.
Serial manga yang begitu digandrungi Gen-Z ini mengisahkan tentang seorang anak muda bergaya bajak laut. Ia dan timnya berusaha keras melawan berbagai halangan dan rintangan demi untuk merebut harta karun terbesar yang disembunyikan seorang raja bajak laut.
Sampai di sini, rasanya menghubungkan ‘One Piece’ dengan keadaan bangsa dan negara saat ini mulai nyambung.
Indonesia adalah butiran mutiara yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Negeri yang begitu kaya sumber daya alam dan terhias oleh keramahan rakyatnya. Sayangnya, seolah seperti harta karun besar yang dikuasai raja bajak laut.
Dari situlah, bendera ‘One Piece’ seperti memberikan gelora untuk Merah Putih agar generasi muda bersemangat untuk merebut harta karun itu meskipun menghadapi berbagai halangan dan rintangan.
Memang, problemnya bukan sekadar adanya kesenjangan cara berpikir antar generasi. Melainkan juga macetnya tongkat estafet kepemimpinan nasional yang cerdas dan amanah.
Rasanya, bukan waktunya lagi generasi tua mencurigai yang muda dan yang muda membangkang ke yang tua.
Dua visi generasi ini bukan saja harus punya titik temu. Melainkan juga harus mengalir untuk bisa melimpahkan kesejahteraan untuk seluruh anak negeri. [Mh]